Gejala varian Omicron disebut-sebut lebih ringan dibanding Delta, para pakar menyebutnya mirip batuk-pilek biasa. Secara umum memang demikian, namun karena sesuatu dan lain hal ada juga yang gejalanya malah lebih parah ketika dihajar Omicron.
Salah satunya Rahma (26), warga Medan yang baru-baru ini terinfeksi COVID-19 untuk kedua kalinya. Meski tidak bisa memastikan varian apa yang menyerangnya karena tidak melakukan whole genome sequencing, Rahma tertular ketika diperkirakan 90 persen kasus COVID-19 adalah varian Omicron.
"Gejalanya berupa flu dan demam," katanya saat dihubungi detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang sih cuma flu dan demam, tetapi dibandingkan kali pertama terinfeksi Rahma merasa keluhan yang dirasakannya kali ini lebih mengganggu. Pasahlnya, saat pertama kali terinfeksi yakni pada Agustus 2021 saat gelombang Delta sedang nanjak-nanjaknya, ia justru tidak bergejala alias asimptomatis.
"Kena COVID yang pertama pada bulan Agustus 2021, tidak mengalami gejala," katanya.
Lain halnya dengan SS (24), warga asal Bali. Ia pertama kali terinfeksi COVID-19 pada Juni 2021 ketika varian Delta mencapai gelombang puncak. Ketika itu, ia mengalami gejala yang dirasakannya berat yakni nyeri badan disertai demam tinggi hingga 39 derajat celcius.
Fungsi pernapasannya juga sempat terganggu, ada radang paru-paru atau pneumonia dan saturasi oksigennya terjun bebas. Ia sampai harus dirawat di Rumah Sakit selama 10 hari dan dilanjutkan recovery di rumah selama 7 hari.
"Karena ada radang paru itu, jantung juga jadi berdebar. Heart rate nya di atas 120 dan saturasi juga sempet drop di 86," tuturnya saat dihubungi oleh detikcom (23/2/2022).
Saat terinfeksi untuk kedua kalinya pada Januari 2022, ia merasa gejalanya jauh lebih ringan. Selain batuk-pilek, ia juga merasa ada dahak yang membuat tenggorokannya lama-lama sakit.
Meski lebih ringan, ia merasa perjalanan sakitnya lebih cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya. Nyeri tenggorokan disebutnya muncul hanya dalam hitungan jam sejak merasa tidak enak badan.
"Walaupun hari pertama radang, tapi rasanya seperti udah radang tenggorokan di hari ke 3 gitu (sudah radang parah), padahal baru sehari," tutur SS.
Pengakuan para pasien ini sejalan dengan pernyataan dokter spesialis paru senior dari RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), yang menyebut gejala Omicron cenderung mirip flu dan batuk-pilek yang menyerang saluran napas atas.
"Memang dikatakan gejala omicron lebih ringan dibandingkan dengan delta. Dan pada kondisi tersebut mirip dengan flu. Jadi gak sama juga dengan flu, tapi mirip. Omicron ada gejala tambahan yang beda dari flu. Kalo flu kan biasanya bersin-bersin, hidung tersumbat, dan kadang meriang sedikit. Kalau omicron ini sakit atau gatal di tenggorokan sampai batuk, batuknya kering, sakit kepala, dan sebagian kecil ada demam. Kemudian yang cukup banyak ada juga hidung tersumbat dan meler. Juga yang dikeluhkan dan tidak nyaman menurut pasien adalah nyeri-nyeri otot, nyeri-nyeri badan, nah ini yang sangat mengganggu. Jadi gejalanya memang variasi dari orang-ke orang," tutur dr Erlina, dalam siaran langsung Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, Selasa (22/2/2022).
Meskipun demikian, cerita ini tak bisa menjadi patokan kalau varian Omicron lebih ringan daripada varian lainnya. Pasalnya, COVID-19 varian Omicron juga bisa memicu gejala parah bagi kelompok masyarakat tertentu, seperti lansia (lanjut usia), pengidap komorbid, orang yang belum vaksin, dan anak-anak di bawah 5 tahun.
(suc/up)











































