Varian Omicron diyakini memicu gejala lebih ringan dibanding varian Corona lainnya, termasuk varian Delta yang menjadi biang kerok lonjakan COVID-19 tahun lalu. Pakar menyebut, varian Omicron memang menargetkan bagian tubuh yang berbeda dari Delta, sehingga gejala yang muncul mirip-mirip dengan flu seperti batuk-pilek.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Prasenohadi, SpP, KIC, PhD menjelaskan, setiap varian Corona memiliki karakteristik masing-masing. Berbeda dengan varian Delta yang banyak memicu masalah pernapasan di paru-paru, Omicron lebih banyak memicu masalah pada bagian pernapasan atas.
Maka itu, banyak pasien COVID-19 di gelombang Omicron kini mengeluhkan dominasi gejala seperti sakit tenggorokan, batuk-batuk, dan hidung meler dan tersumbat atau pilek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada varian Delta, kita lihat infeksinya itu dominan pada bagian paru paling kecil yang kita sebut alveolus, di mana terjadi peradangan paru yang hebat. Terjadinya pneumonia, terjadi inflamasi yang hebat," ujarnya dalam siaran langsung BNPB Indonesia bertajuk 'Reinfeksi COVID-19: Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita, Rabu (2/3/2022).
"Memang di sini Omicron terhadap alveolus sendiri terhadap bagian paru yang paling dalam efeknya tidak begitu jelas atau ringan. Berbeda, Omicron ini sepertinya hanya menyasar saluran napas bagian atas," sambung dr Seno.
Meski varian Omicron diyakini memicu gejala lebih ringan dibanding varian-varian Corona lainnya, dr Seno menegaskan masyarakat untuk tetap waspada. Sebab kini di gelombang Omicron, tetap ada pasien COVID-19 di rumah sakit dengan gejala berat.
"Di masyarakat, gejala yang kita dapatkan adalah batuk, kemudian nyeri tenggorok, tapi kita tidak menutup kemungkinan bahwa sekali lagi, COVID-19 apa pun variannya tetap harus kita lihat bahwa dia bisa asimptomatik tanpa gejala, kemudian dia bisa gejala ringan, kemudian bisa sedang, berat, kritis," bebernya.
"Kita tetap harus waspada apalagi sebagai klinisi, mesti tahu jangan main-main dengan varian ini meskipun banyak yang gejalanya ringan tapi ternyata di rumah sakit yang (bergejala) berat dan kritis juga tetap ada," pungkas dr Seno.
(vyp/kna)











































