Sebagian orang yang sudah terinfeksi virus Corona bisa mengalami gejala yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah infeksi hilang. Kondisi ini dikenal sebagai long COVID atau Post COVID Syndrome.
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) mendefinisikan long COVID sebagai gejala yang berlangsung selama kurang lebih delapan hingga 12 minggu, setelah dinyatakan sembuh atau negatif COVID-19. Disebutkan juga, saat mengalami long COVID, pasien akan merasakan tubuh yang kurang sehat.
"Mereka (penyintas COVID) mungkin bisa kembali bekerja, tetapi tidak bisa kembali ke performa terbaiknya," ungkap profesor Tim Spector dari King's College London, dikutip dari Express, Sabtu (5/3/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, seperti apa gejala long COVID?
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan aplikasi ZOE COVID Study, virus Corona dapat menyebabkan kerusakan pada organ dalam yang mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang atau berpotensi permanen.
Berikut 14 gejala long COVID yang paling umum dilaporkan:
- Kelelahan ekstrim
- Sesak napas
- Nyeri dada atau sesak
- Masalah dengan memori dan konsentrasi (brain fog/kabut otak)
- Sulit tidur (insomnia)
- Palpitasi jantung atau jantung berdetak cepat
- Pusing
- Kesemutan
- Nyeri sendi
- Depresi dan merasa cemas
- Tinnitus (telinga berdenging), sakit telinga
- Merasa tidak enak badan (diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan)
- Perubahan indera penciuman atau perasa
- Muncul ruam kulit
Long COVID bisa menjadi bukti bahwa COVID-19 memiliki dampak jangka panjang menyeluruh, bukan hanya di sistem pernapasan. Oleh sebab itu, tindakan pencegahan COVID-19 harus terus dilakukan.
(any/naf)











































