Tepat 2 Tahun COVID-19 Jadi 'Pandemi', Kapan Dicabut? Ini Kata WHO

Tepat 2 Tahun COVID-19 Jadi 'Pandemi', Kapan Dicabut? Ini Kata WHO

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 11 Mar 2022 10:26 WIB
Tepat 2 Tahun COVID-19 Jadi Pandemi, Kapan Dicabut? Ini Kata WHO
Ilustrasi WHO menegaskan pandemi COVID-19 masih jauh dari akhir. Foto: Getty Images/iStockphoto/oonal
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai. Hal itu ditegaskan seiring tepat dua tahun sejak pertama kali WHO menggunakan istilah 'pandemi COVID-19' untuk mengingatkan dunia akan ancaman virus Corona.

Mengingat, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pertama kali menggambarkan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Ia menyorot virus Corona yang dalam dua tahun kemudian, masih berkembang dan melonjak di banyak negara.

Sebelumnya, WHO menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 30 Januari 2020 ketika di luar China masih terdapat kurang dari 100 kasus COVID-19 dan belum ada kasus kematian dilaporkan akibat virus Corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun setelah WHO menggunakan kata 'pandemi' enam pekan kemudian, banyak negara langsung ambil tindakan.

"Dua tahun kemudian, lebih dari enam juta orang telah meninggal," kata Tedros pada konferensi pers, dikutip dari MalayMail, Jumat (11/3/2022).

ADVERTISEMENT

"Meskipun kasus dan kematian yang dilaporkan menurun secara global dan beberapa negara telah mencabut pembatasan, pandemi masih jauh dari selesai dan tidak akan berakhir di mana pun sampai semuanya berakhir," imbuhnya.

Di samping masih adanya kenaikan kasus baru COVID-19, WHO juga menyorot kendala distribusi vaksin COVID-19, serta ketersediaan testing COVID-19. Tedros memperingatkan penurunan tingkat pengujian testing COVID-19 baru-baru ini menunjukkan dunia mulai 'buta' perihal imbas COVID-19.

"Virus terus berkembang dan kami terus menghadapi hambatan besar dalam mendistribusikan vaksin, tes, dan perawatan di mana pun mereka membutuhkannya," beber Tedros.

"WHO khawatir beberapa negara secara drastis mengurangi pengujian ... Ini menghambat kemampuan kami untuk melihat di mana virus itu berada, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana ia berkembang" lanjutnya.

Pimpinan teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove, menegaskan hal serupa. Menurutnya, tingkat kasus yang terlalu rendah bisa jadi disebabkan penurunan angka testing COVID-19 yang drastis. Mengingat, jumlah kasus baru menurun lima persen di seluruh bagian dunia pekan lalu. Dibandingkan pekan sebelumnya, kematian turun delapan persen.

"Virus ini masih menyebar pada tingkat yang terlalu intensif, tiga tahun dalam pandemi ini," katanya.

"Meskipun kami melihat tren menurun, masih ada lebih dari 10 juta kasus yang dilaporkan di tingkat global minggu lalu," tegas Kerkhove, menggarisbawahi dunia yang masih perlu waspada terhadap COVID-19.

WHO menyebut, ketidaksetaraan akses vaksin, testing, dan perawatan COVID-19 akan memperpanjang pandemi. Angka terbaru WHO melaporkan 23 negara belum sepenuhnya mengimunisasi 10 persen dari populasi, sementara 73 negara belum mencapai target cakupan 40 persen yang ditetapkan pada awal 2022.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait