Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut masyarakat Indonesia kini memiliki 'super immunity'. Hal inilah yang kemungkinan membuat tren kasus COVID-19 relatif lebih rendah, meski tengah 'diamuk' varian Omicron.
Hal serupa juga terjadi pada India yang tidak melaporkan lonjakan kasus COVID-19 sedahsyat Korea Selatan, yang kasusnya mencapai 600 ribu per hari.
"Dugaan awal kita kan vaksinasinya agak lambat, jadi antibodi masyarakat masih tinggi dan gelombang Delta yang kita alami cukup besar," terang dia dalam konferensi pers Rabu (23/2/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga masyarakat sudah memiliki double immunity, membuat super immunity, imunitasnya super kuat dan bertahan lebih lama," gambaran Menkes Budi.
Bagaimana 'Super Immunity' Terbentuk?
Menkes Budi mengatakan super immunity ini terbentuk dari imunitas vaksinasi dan infeksi alami. Menurutnya sebelum mendapat imunitas dari vaksinasi, warga Indonesia sudah memiliki antibodi dari infeksi alami di saat gelombang varian Delta menyerang.
"Saat itu kita terkena gelombang Delta yang cukup tinggi sehingga banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi dari infeksi bukan vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan kalau ada yang sudah pernah kena COVID dan divaksinasi, daya tahan tubuhnya sangat kuat dan bertahan lama," beber Menkes.
Menkes Budi menjelaskan orang yang sebelumnya sudah terinfeksi COVID-19 dan melakukan vaksinasi akan memiliki antibodi atau kekebalan yang sangat kuat dan bisa bertahan lama. Kombinasi inilah yang ia lihat terjadi di Indonesia dan India.
"Sehingga posisi kita saat Omicron datang, sudah double antibodi-nya. Istilah ilmiahnya, super immunity," pungkasnya.
(sao/up)











































