Virus Corona subvarian Omicron BA.2 sudah mulai mendominasi kasus baru di sebagian negara di dunia. Sifat virus yang menyebar lebih cepat dibandingkan pendahulunya, BA.1, dikhawatirkan bisa memicu munculnya lonjakan kasus COVID-19 di seluruh dunia.
Para ahli mengatakan, subvarian yang dikenal dengan sebutan 'Son of Omicron' memiliki gejala yang berbeda dari pendahulunya sehingga sulit diidentifikasikan secara klinis.
Dibandingkan varian lain, subvarian BA.2 lebih jarang menyerang paru-paru dan lebih banyak menyerang saluran napas atas. Tak hanya itu, dikatakan juga subvarian tersebut mempengaruhi area perut atau sistem pencernaan sehingga menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, hingga diare.
Menurut para ahli di Kolkata, India, ada kemungkinan virus tersebut telah berubah pola serangannya. Hal inilah yang menyebabkan BA.2 lebih mempengaruhi perut daripada daerah nasofaring.
"Sebuah penelitian telah menyarankannya, yang memang akan menyulitkan untuk mengidentifikasi strain dengan RT-PCR. Penelitian tersebut telah menunjukkan kasus viral load yang tinggi pada pembuangan tinja meskipun tes konvensional negatif," kata profesor dari Institute of Post-Graduate Medical Education and Research (IPGME&R), Diptendra Sarkar.
"Meskipun ini dapat menyebabkan kasus yang tidak terdeteksi, variannya cenderung ringan. Jadi, seharusnya tidak lebih berbahaya daripada batuk dan pilek biasa," jelasnya yang dikutip dari Times of India, Minggu (27/3/2022).
Penelitian di Inggris juga menyebutkan, subvarian BA.2 berdampak pada usus yang memicu masalah sistem pencernaan. Sehingga jika melakukan tes akan memunculkan negatif palsu (false negative), karena virus tidak bisa dilacak melalui hidung atau mulut.
Meski begitu, Direktur pulmonologi Rumah Sakit CMRI Raja Dhar mengatakan virus Corona masih mungkin terdeteksi dengan RT-PCR karena penularannya terjadi melalui paru-paru.
"Penularan COVID-19 terjadi melalui paru-paru, jadi pasti terlacak di sana. Tapi kita tahu bahwa penularan bisa terjadi dari perut juga. Jadi, kemungkinan gejala yang menonjol sekarang lebih ke usus daripada saluran pernapasan," beber Dhar.
Gejala pada sistem pencernaan atau gastrointestinal seperti ini memang sudah banyak terjadi pada saat gelombang 1 dan 2, maka dari itu jika timbul gejala pada sistem pencernaan harus waspada.
"Selama ini gejalanya (BA.2) ringan, tidak perlu khawatir. Tetapi, pada kenyataannya gejala pilek bisa lebih melumpuhkan daripada sakit perut atau diare," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kata Ahli soal Antisipasi Ancaman Kesehatan Pascabanjir"
(any/kna)