Dokter senior sekaligus purnawirawan merespons gaduh pemecatan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Menurut Brigjen TNI (Purn) dr Djoko Riadi SpBS (K), polemik panjang antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Terawan bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Namun, pakar bedah saraf tersebut menilai tak ada itikad baik dari Terawan untuk memenuhi panggilan Majelis Etik Kedokteran (MKEK IDI) terkait metode 'cuci otak'. Padahal, kasus bergulir sejak 2018 silam dan Terawan disebutnya sudah diberikan banyak kesempatan menjelaskan klaim metode atau inovasi baru.
"Tidak pernah ada itikad baik dari anggota ini untuk menyelesaikannya secara AD ART IDI, tidak pernah, ini yang saya sangat sayangkan," tuturnya dalam webinar daring Mengupas Fakta di Balik Polemik IDI vs dr Terawan, Selasa (12/4/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Djoko menekankan menjadi anggota IDI adalah bentuk sukarela, semua dokter tidak wajib masuk dalam keanggotaan organisasi profesi dokter tersebut. Ia mencontohkan beberapa kasus seperti Direktur Utama RS atau perusahaan tertentu umumnya memilih tak masuk keanggotaan IDI lantaran tak membutuhkan surat rekomendasi izin praktik.
Mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu mengaku heran mengapa Terawan kerap memilih tak memenuhi panggilan MKEK IDI. Karenanya, muncul pertanyaan apakah Terawan sebenarnya tak yakin dengan penemuan metode 'cuci otak'.
"Proses ini sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya, tidak diselesaikan, tidak tahu apa masalahnya, apakah dia tidak yakin bahwa penemuannya itu adalah baik, apakah dia tidak yakin penemuannya itu lulus uji klinik, ini yang disayangkan oleh saya," lanjut dia.
Terawan Dituding Tak Ksatria
Dikarenakan menjadi anggota IDI adalah bentuk sukarela, dr Djoko menegaskan setiap anggota wajib mematuhi AD-ART organisasi profesi. Termasuk jika dinilai melakukan pelanggaran etik, Terawan dalam hal ini wajib mengikuti setiap proses pemanggilan.
"Seorang anggota yang dianggap melanggar kode etik selayaknya mengikuti AD ART ini dengan baik, jangan melawan, jangan tidak mau datang, jangan tidak peduli, jangan menggunakan kekuasaannya untuk melawan IDI, ini sama sekali tidak ksatria," tuding dia.
Awal mula kasus pemecatan Terawan bisa disimak di halaman selanjutnya.
Metode 'Cuci Otak' Terawan
Metode Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dilakukan Terawan sebelumnya dinilai bermasalah lantaran menjadikan penggunaan alat diagnostik menjadi terapeutik. Beberapa waktu lalu, profesor senior di MKEK IDI sempat menganalogikan metodenya seperti pemeriksaan rontgen.
"Kalau boleh saya analogikan kalau ada seseorang yang batuk darah pergi ke dokter, dokternya mengatakan kamu rontgen dulu, setelah dirontgen dia bilang ya itu nggak ada pengobatan lain, prosedur diagnostik itulah yang menjadi pengobatannya, jadi beralih fungsi yang sama sekali susah diterima oleh nalar kita," sebut Prof Rianto Setiabudi menyoroti kelemahan disertasi Terawan.
Terawan Belum Buka Suara
Terawan hingga kini belum buka suara langsung ke publik soal gaduh pemecatan dirinya dari kenggotaan IDI sejak cuplikan video Muktamar ke-31 IDI di Banda Aceh, Jumat, 25 Maret 2022 viral. Namun, Mantan Tenaga Ahli Menteri Kesehatan era Terawan, Andi, sempat menyampaikan pesan.
"Pak Terawan menghimbau, teman-teman sejawat dan yang lain agar bisa menahan diri untuk tidak menimbulkan kekisruhan publik, karena kita masih menghadapi pandemic COVID-19," tutur Andi beberapa waktu lalu dalam rilis yang diterima detikcom.
Simak Video "Video: Eks Menkes Terawan Muncul Lagi di Pemerintahan, Kini Jadi Penasihat Prabowo "
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)











































