Salah satu peneliti sero survei COVID-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Muhammad N Farid menanggapi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus di tengah banyak warga 'kebal' COVID-19.
Farid tak bisa memungkiri kasus COVID-19 bisa saja kembali meningkat. Hal ini berkaca pada apa yang terjadi di sekitar Februari hingga Maret 2022, khususnya DKI Jakarta. Provinsi tersebut kembali melaporkan lonjakan kasus saat banyak warga memiliki antibodi COVID-19.
"Intinya adalah peningkatan antibodi tidak serta merta menurunkan terjadinya infeksi. Infeksi pasti masih akan terjadi, di DKI pada bulan Maret lalu misalnya (terjadi peningkatan). Meskipun Desember antibodinya meningkat, tetapi kasusnya akhirnya juga meningkat juga," ungkap Farid dalam konferensi pers Kemenkes RI, Rabu (20/4/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Farid menekankan belum ada penelitian terkait berapa banyak antibodi yang bisa mencegah terjadinya infeksi COVID-19.
"Dari bukti empiris baik yang memiliki kadar antibodi tinggi atuapun rendah tetap terjadi infeksi kembali," sambung dia.
"Meskipun infeksi tidak bisa dicegah 100 persen, tetapi data menunjukkan dengan adanya antibodi ini, vaksinasi maupun terinfeksi yang kita dapatkan menunjukkan perbedaan angka hospitalisasi dan kematian periode Delta dan periode Omicron.
"Jauh lebih rendah pada periode Omicron," pungkas dia.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)











































