Hampir 100 Persen Warga RI Punya Antibodi, Beneran Sudah Bisa Lepas Masker?

Terpopuler Sepekan

Hampir 100 Persen Warga RI Punya Antibodi, Beneran Sudah Bisa Lepas Masker?

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 23 Apr 2022 16:37 WIB
Hampir 100 Persen Warga RI Punya Antibodi, Beneran Sudah Bisa Lepas Masker?
Foto: PIUS ERLANGGA
Jakarta -

Beberapa waktu lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkap hasil sero survei antibodi COVID-19. Menkes Budi mengatakan antibodi yang terbentuk di masyarakat naik menjadi 99,2 persen menjelang Lebaran.

Itu merupakan hasil sero survei dari studi yang dilakukan Kemenkes bersama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Dari hasil tersebut, pemerintah meyakini titer antibodi yang tinggi akan mengurangi risiko akibat COVID-19.

"Bisa disampaikan bahwa kadar antibodi masyarakat Indonesia naik menjadi 99,2 persen. Artinya, 99,2 persen dari populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, bisa itu berasal dari vaksinasi maupun juga berasal dari infeksi," ujar Menkes dalam konferensi pers, Senin (18/4/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau nanti diserang virus, kita daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko untuk masuk rumah sakit, apalagi risiko untuk wafat. Itu yang menyebabkan kenapa kami percaya, pemerintah, bahwa insyaallah Ramadan kali ini, mudik kali ini bisa berjalan dengan lancar tanpa membawa dampak negatif kepada masyarakat kita," pungkasnya.

Belum Siap Copot Masker

Namun, pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono sekaligus peneliti sero survey menegaskan dengan adanya kadar antibodi yang terbilang tinggi bukan berarti bisa melonggarkan aturan pakai masker.

ADVERTISEMENT

"Bukan berarti lepas masker, yang ada malah peningkatan kasus lagi. Lonjakan kasus di China karena vaksinasi lansia tidak sebaik di Indonesia. Kita konsisten terus pada lansia," katanya dalam konferensi pers daring, Rabu (20/4/2022).

Dalam kesempatan yang sama, peneliti sero survei COVID-19 lainnya Muhammad N Farid tidak bisa memungkiri kasus COVID-19 bisa meningkat lagi. Ini berkaca pada apa yang terjadi di sekitar Februari hingga Maret 2022, khususnya di DKI Jakarta yang sempat melaporkan banyak warganya yang memiliki antibodi COVID-19.

"Intinya adalah peningkatan antibodi tidak serta merta menurunkan terjadinya infeksi. Infeksi pasti masih akan terjadi, di DKI pada bulan Maret lalu misalnya (terjadi peningkatan). Meskipun Desember antibodinya meningkat, tetapi kasusnya akhirnya juga meningkat juga," ungkap Farid.

Eks bos WHO juga memberikan beberapa catatan terkait hasil sero survei ini. Klik ke halaman selanjutnya.

Catatan dari Eks Bos WHO

Menanggapi ini, eks Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama memberikan beberapa catatan. Berikut catatannya:

1. Survei ini perlu diperluas agar bisa menggambarkan situasi di seluruh Indonesia.

"Akan baik tentunya kalau ada survei lain yang menggambarkan situasi Indonesia pada umumnya, atau setidaknya di sebagian cukup besar dari 500-an kabupaten di negara kita," kata Prof Tjandra dalam pesan yang diterima detikcom, Sabtu (23/4/2022).

2. Standar yang digunakan untuk menentukan seseorang memiliki antibodi.

"Kalau kita melihat pengumuman pemerintah Inggris tentang hasil survei antibodi mereka pada 14 Maret 2022, maka disebutkan bahwa Inggris menggunakan batas 179 ng/ml untuk dinyatakan sebagai positif (memiliki antibodi). Ini setara dengan nilai 100 BAU/ml standar unit WHO. Angka batas ini sudah dinaikkan dari batas sebelumnya yang hanya 42 ng/ml, maksudnya supaya memberi interpretasi yang lebih baik," ungkap Prof Tjandra.

"Usulannya adalah bahwa dalam hal ini akan baik kalau dijelaskan angka ini dalam kaitannya dengan survei kita di Indonesia yang menuliskan Level of detection (LOD): 0,40 U/ml," lanjutnya.

3. Survei harus menjelaskan tingkat penurunan risiko infeksi.

Prof Tjandra memberi contoh, dengan tingkat antibodi yang ada kira-kira berapa persen seseorang bisa terlindungi dari COVID-19.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/fds)

Berita Terkait