Hingga kini, penyebab merebaknya hepatitis misterius di sejumlah negara termasuk Indonesia masih tak terkuak. Seiring dugaan penyebab berupa adenovirus strain 41, muncul juga pertanyaan terkait korelasi hepatitis misterius dengan infeksi virus Corona. Benarkah ada hubungannya?
Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Solo, dr Hari Wahyu Nugroho, SpA(K), MKes, hingga kini tak ada kepastian perihal hubungan COVID-19 dengan hepatitis misterius. Tak tertutup kemungkinan, temuan riwayat COVID-19 pada anak yang terkena hepatitis misterius hanyalah kebetulan atau 'koinsiden'.
"Kasus-kasus yang sudah terjadi ini kita masih banyak belum, atau masih sulit menemukan korelasinya. Baik apakah itu masih ada hubungannya dengan infeksi COVID-19 atau hanya semata-mata kejadian yang kebetulan atau yang dalam bahasa medisnya kita sebut koinsiden," ujarnya dalam diskusi daring, Rabu (11/5/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi memang sampai saat ini belum ada hubungan secara pasti, hubungan sebab-akibat antara hepatitis akut misterius dengan infeksi COVID-19," imbuh dr Hari.
Di negara-negara Eropa yang pertama kali melaporkan kasus hepatitis misterius pada anak, penyebab penyakitnya pun belum terkuak hingga kini.
"Begitu juga yang terjadi di negara-negara Eropa, kita kemarin tahu pertama kali dilaporkan 5 April 2022. Di Eropa ada sekitar 179 kasus, mereka sendiri juga belum menemukan korelasi yang positif sebab-akibat dengan adanya infeksi COVID-19 pada anak sebelumnya," pungkasnya.
Bukan Vaksin COVID-19
Di samping itu, muncul juga dugaan bahwa hepatitis misterius berkaitan dengan vaksin COVID-19. Dalam kesempatan terpisah IDAI meluruskan, hepatitis misterius sama sekali tak terkait vaksin Corona. Pasalnya, penyakit ini menyerang anak-anak berusia di bawah lima tahun yang belum bisa menerima vaksin COVID-19.
"Tidak ada hubungan pemberian vaksin COVID-19 dengan kejadian hepatitis misterius," tugas Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Tropis IDAI, dr Anggraini Alam, SpA(K) atau yang akrab disapa 'dr Anggi' dalam diskusi daring, Selasa (10/5).
"(Di Inggris) 75 persen pasien itu adalah balita dan tidak mendapatkan vaksin COVID-19. Jadi yang ini pun laporan di Inggris paling banyak ratusan dan di laporan di Amerika itu tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19," pungkasnya.
Simak Video '15 Kasus yang Diduga Hepatitis Misterius Negatif Covid-19':











































