Ilmuwan dari Griffith University Australia baru-baru ini menemukan ancaman baru dari virus Hendra. Varian dari virus tersebut diklaim bisa menular ke kuda dan manusia, juga terdeteksi di urine kelelawar berkepala hitam dan abu-abu yang menyebar di Australia New South Wales hingga Queensland.
"Hasil studi kami dengan meneliti spesies kelelawar tertentu, mengungkapkan bagaimana varian virus ini menular ke kuda dan manusia," kata pemimpin penelitian dr Alison Peel dari Pusat Kesehatan dan Keamanan Pangan, dikutip situs resmi Griffith University, Kamis (19/5/2022).
"Perkembangan kelelawar berkepala abu-abu di wilayah New South Wales, Victoria dan Australia Selatan, biasanya tidak dianggap berisiko tinggi untuk menularkan virus Hendra. Tetapi bukti terbaru menunjukkan ada risiko penularan virus Hendra pada kuda dan pengasuhnya (manusia)." lanjut keterangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Infeksi virus hendra (HeV) merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Virus tersebut sempat muncul pada tahun 1994 dan tahun 2016, sering ditemukan pada akhir bulan Mei hingga akhir Agustus.
Meskipun begitu, penularannya diyakini bisa terjadi di semua musim. Simak informasi terkait seluk-beluk terkait virus Hendra berikut ini.
Asal-usul nama virus Hendra
Banyak yang salah sangka terkait asal usul dari nama virus Hendra. Tidak sedikit yang mengira nama virus ini diambil dari nama orang.
"Saya sangat kecewa dengan nama saya sendiri, bisa-bisa jadi nama virus," tulis seorang netizen dengan akun Facebook Hendra Wiranata, mengomentari unggahan terkait virus Hendra.
Komentar senada juga diucapkan dari akun-akun lain lantaran memiliki nama yang sama. Sebagian mengaku khawatir jika ke depannya akan muncul berbagai virus dengan nama-nama populer, seperti Hendri dan Herman.
Dikutip dari laman resmi Center of Disease Control and Prevention (CDC), virus Hendra atau HeV merupakan keluarga virus Paramyxoviridae dari genus Henipavirus dan masih berkerabat dengan virus Nipah.
Virus Hendra pertama kali diisolasi pada 1994 dari spesimen yang diambil saat terjadi outbreak atau wabah penyakit pernapasan dan saraf pada kuda dan manusia. Wabah tersebut terjadi di Hendra, sebuah wilayah di Brisbane, Australia.
Nah, dari nama wilayah terjadinya wabah itulah nama virus Hendra diambil.
Sejak saat itu, flying fox atau kelelawar dari genus Pteropus diidentifikasi sebagai inang alami virus Hendra. Hingga 2013, infeksi virus Hendra pada manusia dikategorikan langka, hanya 7 kasus yang dilaporkan.
Lihat juga video 'Kementan Resmi Bentuk Gugus Tugas Penanganan Wabah Mulut dan Kuku':
NEXT: CARA PENULARAN VIRUS HENDRA HINGGA GEJALA
Cara penularan virus Hendra
Cara penularan virus Hendra umumnya dapat terjadi apabila seseorang melakukan kontak erat langsung pada kuda yang terinfeksi, seperti:
- Terinfeksi setelah terkena paparan cairan atau darah tubuh kuda yang terinfeksi
- Melakukan otopsi kuda tanpa mengenakan peralatan pelindung yang sesuai
- Terkena droplet atau sekresi pernapasan
- Tidak ada bukti penularan virus Hendra dari manusia ke manusia maupun melalui udara.
"Tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia," tulis keterangan Queensland Health, dikutip Kamis (19/5).
"Atau terbang di udara," lanjut keterangan.
Gejala virus Hendra
Adapun gejala virus Hendra dapat berkembang antara lima sampai 21 hari setelah kontak erat dengan hewan yang terinfeksi, seperti kuda. Berikut gejalanya:
- Demam
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Kelelahan
Adapun gejala yang serius, seperti:
- Meningitis atau ensefalitis (radang otak) dapat berkembang
- Kejang-kejang
- Koma
Sumber lain mengatakan, gejala virus Hendra juga bisa menyebabkan seseorang kesulitan bernapas, kantuk yang tidak biasa, hingga kebingungan.
NEXT: PENJELASAN VIRUS HENDRA MEMATIKAN DAN TERMASUK KERABAT RABIES
Apakah virus Hendra mematikan?
Epidemiolog Dickyy Budiman mengungkapkan bahwa virus Hendra sebenarnya sudah lama ditemukan. Virus ini merupakan penyakit endemi yang hanya ditemukan di sejumlah wilayah.
Sejak dilaporkan pada tahun 1994, virus Hendra tercatat memiliki angka kematian di atas 50 persen, baik pada hewan maupun manusia.
Adapun 'korban' terpapar paling banyak dilaporkan pada hewan kuda. Kuda yang terinfeksi akibat terpapar kotoran dari kelelawar pemakan buah umumnya mengalami kondisi fatal. Sekitar 80 persen dari total kasus tak tertolong. Ancaman serupa juga mengintai manusia.
"Pada manusia pun 70 persen kalau terpapar ya mematikan, 7 dari 10 orang manusia yang terkena virus Hendra ini meninggal," beber Dicky dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (17/5/2022).
Sampai saat ini masih belum ada vaksin manusia yang tersedia untuk mencegah virus Hendra. Begitu juga dengan pengobatannya yang kini masih diselidiki.
Virus Hendra berkerabat dekat dengan Rabies
Dicky juga mengungkap bahwa virus Hendra berkerabat dekat dengan Rabies. Juga, Kasus pada manusia cukup jarang dilaporkan lantaran virus Hendra sejauh ini hanya ditularkan dari hewan ke manusia. Belum ada laporan kasus infeksi antarmanusia.
"Ini sangat dekat dengan Rabies, kalau disequencing itu sama-sama lyssavirus. Hendra virus itu masuk lyssavirus yang sangat dekat dengan Rabies, Rabies juga kan mematikan," sebut dia dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom pekan ini.
Karenanya, Dicky mengimbau masyarakat yang khususnya memiliki peternakan untuk rutin membersihkan dan melakukan sanitasi di tempat tersebut.
"Dan ketika satu kuda misalnya atau hewan ini terpapar di lingkungan, si virus yang berada di kotorannya ini bertahan 4 hari di alam," sambung Dicky.
"Dan itu menyebabkan kenapa penting sekali dibersihkan tiap hari peternakan," beber dia.











































