Dicky Budiman yang merupakan seorang ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia menilai bahwa virus Hendra memiliki potensi menjadi pandemi sama halnya dengan virus nipah.
Meskipun demikian, virus Hendra sangat jarang dikabarkan menjangkiti manusia, hanya ada tujuh kasus di dunia sejak tahun 2013. Namun, hal tersebut memunculkan kekhawatiran ketika varian baru virus Hendra ditemukan di Australia.
"Kita tau bahwa Henipavirus yang terdiri dari Nipahviru (NiV) dan hendra virus merupakan dua jenis virus yang berpotensi menjadi pandemi," tutur Dicky kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Ia menilai bahwa di Indonesia bisa saja sudah ada yang terinfeksi namun tidak terdeteksi. Hal tersebut berdasar dari studi serologi yang menemukan 20-25 persen sejumlah jenis kelelawar memiliki antibodi terhadap virus hendra, kelelawar tersebut ditemukan di Kalimantan dan Sulawesi.
Deteksi dini dan pencegahan harus dilakukan guna menimimalkan risiko penyebaran virus tersebut. Dicky mengimbau kepada mereka yang memiliki peternakan kuda untuk rutin membersihkan kandang dan kotoran hewan tersebut, karena kuda merupakan hewan yang dilaporkan banyak terpapar virus ini.
Berikut fakta-fakta mengenai virus Hendra
Gejala Virus Hendra
Gejala virus hendra muncul pada 5 hingga 21 hari setelah kontak erat dengan hewan yang terinfeksi. Gejalanya meliputi:
- Demam
- Batuk
- Sakit Tenggorokan
- Sakit Kepala
- Kelelahan
Adapun gejala jika infeksi tersebut sudah parah, seperti:
- Meningitis atau ensefalitis (radang otak)
- Kejang-kejang
- Koma
Cara Penularan Virus Hendra
Penularan virus hendra terjadi apabila seseorang memiliki kontak erat dengan kuda, seperti:
- Melalui paparan cairan (termasuk droplet) tubuh kuda yang terinfeksi.
- Melakukan otopsi kuda tanpa alat pelindung yang sesuai.
(kna/kna)