Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan para jamaah haji dan umroh untuk mewaspadai beberapa penyakit selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. Hal ini sebagai upaya mencegah angka kematian ataupun angka kesakitan para jemaah.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes dr Budi Sylvana menyebutkan, pelaksanaan ibadah haji di masa pandemi COVID-19, memiliki beberapa risiko kesehatan.
"Perlu kita ingatkan pada jemaah, bahwa tahun ini kita dihadapkan pada dua situasi, pertama pandemi belum selesai dan kedua suhu ekstrem panas," kata dr Budi Sylvana dalam keterangan pers, dikutip situs resmi Kemenkes, Senin (6/6/2022).
Berikut beberapa penyakit yang perlu diwaspadai jemaah haji saat melaksanakan ibadah di Tanah Suci:
1. Heat Stroke
Serangan panas atau heat stroke merupakan penyakit yang rawan menyerang di tengah cuaca panas ekstrem. Ini terjadi saat badan tidak bisa mengontrol suhu tubuh, akibatnya suhu tubuh naik cepat sampai 41 derajat Celcius dalam kurun waktu 10-15 menit.
Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan dr Edi Supriyatna mengatakan, perbedaan suhu yang ekstrim ditambah kelembaban yang rendah di Arab Saudi, menimbulkan potensi dehidrasi bagi jemaah haji. Kondisi ini dapat mengarah pada situasi yang lebih parah yakni heat exhausted bahkan heat stroke.
Gejala heat stroke antara lain:
- Pusing atau sakit kepala
- Keluar keringat berlebih
- Terlihat pucat terutama di bagian bibir, telapak tangan, telapak kaki, atau wajah
- Kulit lembap dan dingin
- Napas lebih cepat dibandingkan biasanya
- Mual
- Nyeri otot
dr Edi berujar asupan mineral yang cukup menjadi kunci penting menjaga jemaah haji tetap terhidrasi dengan baik.
"Kunci dehidrasi adalah mineral loss, jadi harus minum air yang dicampur elektrolit, jangan tunggu haus," ujarnya.
Fungsi elektrolit di sini bukan sebagai obat diare, melainkan sebagai pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembaban. Konsumsi elektrolit dilakukan setelah jemaah haji melakukan aktifitas di luar hotel, dengan mencampurkan 1 sachet oralit dengan 600 ml air.
Selain itu jemaah juga diminta untuk minum air 5-6 botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botolnya, menggunakan topi dengan bibir (pinggiran) yang lebar sehingga kepala bisa terhindar dari sengatan langsung, dan selalu menggunakan sunblock atau tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.
2. Kelelahan ekstrem
Selain heat stroke, jemaah haji juga diminta mewaspadai kelelahan berlebih atau ekstrem ketika menjalani ibadah di Tanah Suci. Sehingga, masyarakat diminta untuk memperhatikan kondisi tubuh sebelum menjalankan ibadah dan hindari memaksakan diri.
Kementerian Kesehatan mengimbau agar jemaah fokus pada ibadah wajib di Arafah, Mina, dan Muzdalifah.
Apabila kelelahan ekstrem tidak diantisipasi, dapat memicu terkena serangan panas atau heat stroke.
3. COVID-19
Meski pelaksanaan haji dan umroh telah diperbolehkan, masyarakat perlu ingat masih berada dalam kondisi pandemi COVID-19. Diminta untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan dan taat pada aturan pembatasan COVID-19 yang berlaku di Arab Saudi.
Selama menjalankan ibadah, gunakan masker dengan benar saat berada di kerumunan atau tempat publik.
"Kita minta jemaah tetap menerapkan protokol kesehatan karena jamaah akan berinteraksi dengan satu juta orang, sehingga mereka rentan tertular jika tidak melakukan prokes, tetap menggunakan masker selama melaksanakan ibadah haji," imbau dr Budi Sylvana.
Sebagai informasi, waktu pemberangkatan jemaah haji sudah dimulai sejak 4 Juni kemarin hingga 3 Juli mendatang. Sehingga masyarakat diminta untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi seperti menerima vaksin dosis lengkap dan menyiapkan hasil PCR negatif, 72 jam sebelum keberangkatan.
Simak Video "Rumah Sakit di Indonesia yang Terapkan KRIS BPJS Kesehatan"
[Gambas:Video 20detik]
(any/naf)