Meski Korea Utara mengklaim kondisi wabah COVID-19 di negaranya terkendali, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) waswas. Pasalnya, WHO menilai kondisi stok vaksin COVID-19 yang terbatas, fasilitas medis tidak memadai, dan kesehatan masyarakat yang buruk di Korea Utara dapat memicu kemunculan varian Corona baru.
Ahli virologi bercermin pada Afrika Selatan. Negara dengan kasus penularan HIV yang tinggi tersebut mengalami masalah dalam upaya penghentian penyebaran COVID-19. Bahkan, menjadi sumber setidaknya satu mutasi baru yang telah menyebar di seluruh dunia. Padahal, Afrika Selatan telah menerima bantuan dari luar secara agresif untuk memerangi virus.
Sementara Korea Utara memilih untuk mengisolasi, bahkan menolak tawaran vaksin dan peralatan medis lainnya pada fase awal pandemi COVID-19.
"Saya percaya situasi yang telah kita lihat di Afrika Selatan dengan infeksi virus Corona pada populasi yang memiliki tingkat infeksi HIV yang tinggi memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi di Korea Utara," beber Presiden Asosiasi Penyakit Menular Jepang dan anggota panel penasehat untuk pemerintah Jepang pada awal krisis kesehatan pada awal 2020, Kazuhiro Tateda, dikutip dari DW, Rabu (8/7/2022).
"Otoritas kesehatan di sana memiliki masalah dalam memberantas virus. Di beberapa tempat, telah bermutasi menjadi jenis baru," sambungnya.
Sejalan dengan Afrika Selatan yang memiliki tingkat infeksi HIV tinggi, Tateda menegaskan, Korea Utara memiliki masalah serius dengan penyakit tuberkulosis (TBC). Terlebih, penyakit ini menular antar manusia melalui udara.
"Selama bertahun-tahun, terbukti sulit menghentikan penyebaran TBC. Saya bisa melihat hal yang sama terjadi dengan COVID-19. Ini tentu saja diperburuk oleh sistem perawatan kesehatan yang tidak terlalu maju, kekurangan makanan, dan fakta bahwa kami yakin sangat sedikit orang yang telah divaksinasi," jelas Tateda.
Simak Video "Jokowi Sampaikan Puja-puji Dunia soal Keberhasilan RI Tangani Covid"
[Gambas:Video 20detik]