Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 kini diyakini memicu kembalinya kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia. Meski sejumlah pihak meyakini puncaknya tak akan separah gelombang Delta dan Omicron, epidemiolog menyorot potensi keparahan gejala dan kecepatan penularan BA.4 dan BA.5.
"Riset terakhir yang dilakukan salah satunya di Jepang juga di beberapa negara Eropa menemukan satu temuan penting tentang BA.4 dan BA.5. Pertama bahwa dia meningkat kemampuannya untuk bereplikasi di sel paru sangat jauh meningkat," beber Dicky Budiman selaku epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, pada detikcom, Selasa (14/6/2022).
"Jadi dia disebut lebih fusogenik dan patogenik daripada BA.2. Ini studinya di laboratorium menunjukkan itu. Artinya, potensi keparahannya lebih infeksius dan potensi keparahannya ada," sambungnya.
Lebih lanjut menurutnya, angka reproduksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terpantau lebih tinggi dibandingkan subvarian Omicron yang sebelumnya memicu lonjakan kasus COVID-19 di banyak negara.
"Laboratorium di Jepang juga menemukan bahwa angka reproduksi efektif BA.4 dan BA.5 ini 1,25 kali lebih tinggi daripada BA.2 atau yang sebelumnya mendominasi dunia. Artinya, lebih cepat penularan atau transmisinya lebih efektif. Karena kalau sudah angka reproduksi di atas 1, itu artinya ada pertumbuhan eksponensial akan terjadi," papar Dicky.
NEXT: Kombinasi Karakteristik Delta dan Omicron
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(vyp/up)