Pertanyaan terkait penularan cacar monyet lewat hubungan seksual semakin kuat pasca temuan virus cacar monyet pada air mani. Temuan tersebut mengacu pada penelitian terhadap pasien cacar monyet di Italia baru-baru ini. Disorot Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bagaimana masyarakat harus menyikapi temuan tersebut?
"Dalam hal beberapa temuan dalam air mani, seperti yang diterbitkan minggu lalu, ada beberapa pasien di antaranya yang telah diuji air mani untuk virus dan kembali positif," ujar pejabat WHO Catherine Smallwood dikutip dari Newsweek.
"Itu tidak mengubah penilaian kami tentang rute transmisi saat ini yang kami lihat saat ini, yang sebagian besar didasarkan pada kedekatan fisik yang sangat dekat antara individu, kontak kulit-ke-kulit, kulit-ke-mulut, dan itulah yang mendorong transmisi saat ini," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, kepada orang-orang yang habis mengalami cacar monyet, Smallwood merekomendasikan penggunaan kondom saat berhubungan seks hingga 12 minggu meski gejala-gejalanya sudah teratasi. Langkah tersebut merupakan sikap atas temuan virus cacar monyet pada air mani.
"Rekomendasi kami untuk pasien yang menderita cacar monyet, setelah semua tanda dan gejala cacar monyet, termasuk resolusi lengkap dari ruam dan koreng telah teratasi, kami masih menyarankan pasien untuk melakukan hubungan seks yang lebih aman dengan dokter," bebernya.
"Penggunaan kondom hingga 12 minggu sebagai tindakan pencegahan, sementara kami lebih memahami keberadaan virus dalam air mani," sambung Smallwood.
"Cara penularan selama kontak seksual tetap tidak diketahui; sementara diketahui bahwa kontak fisik yang dekat dapat menyebabkan penularan. Tidak jelas apa peran cairan tubuh seksual, termasuk air mani dan cairan vagina, berperan dalam penularan cacar monyet," jelasnya.
Seiring itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebut penularan cacar monyet melalui kontak dengan air mani atau cairan vagina belum diketahui secara pasti. Direktur CDC Rochelle Walensky menyebut, ruam tubuh yang disebabkan oleh cacar monyet bisa terlihat mirip dengan sifilis atau herpes.
"Penting untuk diketahui bahwa kasus cacar monyet mungkin mirip dengan beberapa infeksi menular seksual. Ini dapat disalahartikan sebagai diagnosis lain," kata Walensky.
"Penyedia layanan kesehatan tidak boleh mengesampingkan cacar monyet hanya karena pasien memiliki diagnosis lain atau Infeksi Menular Seksual (IMS) lain," pungkasnya.
Simak Video "Video: WHO Cabut Status Darurat Cacar Monyet"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































