Widi yang merupakan seorang vokalis Vierratale mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengalami pelecehan seksual, hal tersebut diungkapkannya ketika diundang menjadi bintang tamu di podcast Deddy Corbuzier.
Sambil menangis, ia mengatakan pernah diculik dan dilecehkan oleh sejumlah pria yang hingga kini masih menyisakan trauma pada dirinya.
"Jujur ini nggak mudah, karena kita takut buat bicara karena nggak semua bisa milih kata-kata dan penyampaian yang tepat," ungkap Widi di podcast Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu.
Ini bukan kali pertama kasus pelecehan seksual terungkap di media sosial, mengingat kasus pelecehan seksual dapat memberikan trauma berat kepada korban baik secara fisik maupun psikis.
Seorang psikolog berlisensi, Coleen Cullen mengungkapkan bahwa dampak paling banyak yang dialami oleh korban pelecehan seksual adalah depresi, kecemasan, dan bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
"Seseorang yang mengalami pelecehan seksual dapat memicu gejala depresi dan kecemasan, bahkan bisa memperburuk kondisi sebelumnya yang mungkin telah dikendalikan atau diselesaikan," ujar Cullen, dikutip dari NBC News beberapa waktu lalu.
Apakah Trauma Tersebut Bisa Dipulihkan?
Seorang psikolog klinis berlisensi, Dr Helen Wilson mengatakan bahwa seseorang yang mengalami pelecehan seksual sangat berisiko menunjukkan gejala PTSD. Terlebih ketika pelecehan tersebut mengarah pada kekerasan atau penyerangan.
"90 persen wanita yang mengalami kekerasan seksual langsung menunjukkan gejala stres akut sesaat setelahnya," ujar Wilson, seorang psikolog dengan keahlian gejala stres dan trauma.
Sebenarnya gejala tersebut dapat disembuhkan atau diatasi dengan berbagai upaya pemulihan di tambah dengan bantuan dukungan sosial yang tepat.
Namun, pada beberapa kasus tidak menunjukkan tanda-tanda sembuh total, yang berarti masih menyisakan trauma sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
"Bagi beberapa orang gejala ini dapat menghilang melalui berbagai upaya pemulihan serta dukungan sosial, sehingga orang tersebut dapat kembali melanjutkan hidup," ucap Wilson.
"Namun, terdapat orang-orang yang menganggap hal ini adalah tekanan yang begitu besar sehingga benar-benar mengganggu pekerjaan sehari-hari. Ketika terjadi demikian, orang tersebut dapat menjadi PTSD," sambungnya.
(naf/naf)