Pakar Sorot 'Perang' Corona di Udara, Menular Dalam Jarak Lebih dari 2 Meter

Pakar Sorot 'Perang' Corona di Udara, Menular Dalam Jarak Lebih dari 2 Meter

Vidya Pinandhita - detikHealth
Senin, 04 Jul 2022 07:30 WIB
Pakar Sorot Perang Corona di Udara, Menular Dalam Jarak Lebih dari 2 Meter
Foto: Getty Images/BlackJack3D
Jakarta -

Seiring lonjakan kasus COVID-19 di banyak negara termasuk RI imbas subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, pakar menyorot dunia belum memiliki 'persenjataan' yang kuat untuk menekan penyebaran COVID-19 di samping penggencaran vaksinasi COVID-19. Yakni, dengan pemberian ventilasi yang baik di ruang publik.

"Untuk bisa membendung gelombang pandemi dan mengurangi kematian, kita perlu mengurangi tingkat kontaminasi, yang tidak dapat dilakukan oleh vaksin sendiri," beber Antoine Flahault, direktur Institut Kesehatan Global di Universitas Jenewa, dikutip dari Channel News Asia, Senin (4/7/2022).

"Kami membutuhkan fase baru (yaitu dengan) meningkatkan kualitas udara dalam ruangan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyorot penularan utama virus Corona melalui udara. Virus dibawa dalam tetesan besar atau aerosol halus ketika seseorang yang terinfeksi bernapas, berbicara, bernyanyi, atau berteriak. Di ruangan tertutup atau ventilasi buruk, aerosol dapat tetap berada di sekitar ruangan dan sangat meningkatkan risiko infeksi.

Menular Dalam Jarak Lebih dari Dua Meter

Namun begitu, meski sudah diketahui secara umum bahwa virus Corona menular dalam jarak dua meter melalui tetesan dan aerosol, hingga kini belum ada konsensus tentang penularan melalui udara jarak jauh di dalam ruangan.

ADVERTISEMENT

Sebuah tim peneliti dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dan Universitas Bristol meninjau 18 penelitian di beberapa negara terkait penularan virus Corona melalui udara. Dalam penelitian yang dipublikasikan di BMJ pekan ini disebutkan, orang dapat saling menularkan virus Corona ketika mereka terpisah lebih dari jarak dua meter.

Bercermin pada situasi negara lain, Uni Eropa belum mengeluarkan pernyataan tegas tentang peningkatan kualitas udara sehubungan dengan COVID-19. DI samping itu, Belgia telah mengumumkan rencana untuk memasang pengukur karbon dioksida di semua tempat yang terbuka untuk umum. Nantinya pada 2024, penggunaan alat pengukur tersebut bakal diwajibkan.

Stephen Griffin dari Fakultas Kedokteran di Universitas Leeds Inggris menyorot kondisi Inggris yang hingga kini melakukan tindak lanjut terkait kualitas ventilasi.

"Sayangnya, Inggris belum memanfaatkan kesempatan untuk melindungi warganya di ruang publik, anak-anaknya di sekolah, atau panjangnya perlindungan program vaksinasi dengan cara ini," ujarnya kepada Science Media Center.

Menurut Griffin, penetapan standar keselamatan minimum untuk ventilasi di gedung-gedung publik juga akan sangat menekan dampak penyakit lain.

"Ventilasi yang lebih baik juga meningkatkan kognisi dengan mengurangi kadar karbon dioksida dan, bersama dengan filtrasi, dapat mengurangi dampak serbuk sari dan alergi lainnya," bebernya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Berita Terkait