.webp)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat cakupan vaksinasi booster di Indonesia masih relatif rendah yakni sekitar 25 persen. Angka ini masih jauh di bawah standar cakupan vaksinasi yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal 50 persen dari keseluruhan populasi.
"Cakupan vaksinasi COVID-19 booster di Indonesia hampir 25 persen, berarti masih kurang 25 persen untuk mencapai target yang distandarkan WHO yaitu 50 persen," kata Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril, dikutip dari Radio Kesehatan, Selasa (12/7/2022).
Padahal, vaksinasi merupakan kebutuhan agar masyarakat terhindar dari COVID-19 dan juga upaya melindungi diri. Oleh karena itu, diperlukan percepatan vaksinasi COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin Booster Jadi Syarat Masuk Mal
dr Syahril mengatakan, masyarakat yang akan masuk ke pusat perbelanjaan atau mal, hotel, dan tempat publik lainnya, nantinya akan wajib menunjukkan sertifikat vaksin booster atau dosis ketiga.
"Termasuk nanti masuk ke mal, hotel, dan sebagainya, ini jadi cara meningkatkan cakupan. Tentu saja akan tercapai 50 persen dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujar dr Syahril.
Menurut dr Syahril, persyaratan vaksin booster tidak hanya untuk melindungi diri sendiri, melainkan juga sebagai upaya melindungi masyarakat luas.
"Ini bukan kewajiban secara paksa, tapi ini kita memberikan perlindungan. Bukan hanya melindungi dia (diri sendiri), tapi juga melindungi masyarakat di area publik. Contohnya di kendaraan publik, perlu dilindungi dan saat kegiatan berskala besar," ucapnya.
Wacana vaksin booster sebagai syarat masuk mal pertama kali dibicarakan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Namun, aturan tersebut masih dalam tahapan pembahasan bersama.
"Paling ampuh untuk vaksin itu dua, wajib perjalanan dan wajib mal, itu akan tinggi aktivitasnya. Sebenarnya tadi sudah diusulkan, tapi diskusi kita lihat dulu, kan (rapat) dua minggu sekali," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui wartawan, Rabu (29/6/2022).
(any/kna)
