Seiring melonjaknya kasus COVID-19 di banyak negara termasuk Indonesia, kini muncul laporan sulit tidur menjadi salah satu gejala COVID-19. Meski kebanyakan gejala COVID-19 berkaitan dengan saluran napas, ada juga pasien mengeluh sulit beroleh tidur cukup. Terlebih, infeksi virus Corona juga membuat mereka mudah lelah.
Dikutip dari Times of India, sejumlah penelitian menyebut durasi dan kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh durasi infeksi virus. Studi menyebut, rhinovirus bisa menyebabkan penurunan waktu tidur pasien menurun rata-rata 23 menit. Efisiensi tidur juga berkurang hingga rata-rata 5 persen selama virus masih aktif dalam tubuh.
Sedangkan pada kasus COVID-19, studi pada 2021 menyebut pasien COVID-19 berpotensi mengalami sulit tidur tiga kali atau lebih dalam seminggu.
Padahal, tidur berkualitas adalah cara penyembuhan alami tubuh. Tidur berkualitas berperan penting dalam mengatasi risiko COVID-19 berkepanjangan atau 'Long COVID'.
Di sisi lain, COVID-19 juga membuat pasien mudah lelah dan tidak bisa beroleh cukup tidur. Kendala ini bisa berefek pada kesehatan fisik dan mental pasien. Hal inilah yang kerap kali memicu gangguan fungsi kognitif pada pasien Long COVID. Efeknya, tak lain pasien rentan frustasi dan mengalami masalah dalam berkomunikasi.
Selain masalah tidur, gejala COVID-19 lainnya juga berupa demam atau kedinginan, pilek, sakit kepala, lelah, sesak napas, muntah, rambut rontok, kulit kering, suhu tubuh di atas 38 derajat C, diare, ruam kulit, dan kehilangan kemampuan mencium bau.
Simak Video "Mengenal Hiposmia, Gejala Baru Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)