Nama bocah 'Aria Permana' kembali menggema di dunia maya. Pasalnya baru-baru ini, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi membagikan foto penampilan terbaru Aria. Pada 2016, bocah tersebut sempat bikin geger gegara punya bobot 192 kilogram di usia 9 tahun.
Dalam unggahannya di Instagram @dedimulyadi71, Dedi menyebut dirinya sempat menjenguk Aria pada 12 Juli 2016. Saat itu, Aria tengah mendapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.
"Berat badan Arya saat itu 190 kg. Kini saya membaca melalui media, ternyata badan Arya sudah kembali normal seperti anak-anak pada umumnya," ujar Dedi, dikutip detikcom dari laman Instagram Dedi, Minggu (24/7/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak itu tampak gagah berkaca mata dan ternyata ganteng juga. Sehat terus Nak, masa depan cerah menantimu. Selamat berhari minggu untuk semua netizen baik hati di manapun berada," sambungnya.
Diketahui pada Juli 2016, Aria sempat ditangani oleh 13 dokter terdiri dari dokter ahli gizi, kejiwaan, serta sejumlah dokter dengan berbagai spesialisasi. Akibat memiliki berat badan hingga 192 kilogram, Aria tidak bebas bergerak. Ia bahkan harus berhenti bersekolah lantaran kesulitan berjalan.
Jenis operasi bariatrik yang dijalani Aria saat itu adalah Laparoscopic Sleeve Gastric Surgery. Dokter yang menanganinya, dr Handy Wing SpB dari OMNI Hospital Alam Sutera, menjelaskan pada prinsipnya operasi ini dilakukan untuk memotong sebagian besar lambung sehingga hanya tersisa 30 persen dari kapasitas awal.
Untuk menurunkan berat badan dan memiliki pola hidup sehat, Aria sempat mendapatkan bimbingan dari binaragawan Ade Rai. Di samping itu, ia juga menjalani penanganan medis. Salah satunya, dengan menjalani bedah bariatrik.
Apa Itu Bedah Bariatrik?
Belum lama ini, musisi Melly Goeslaw mengabarkan dirinya juga menjalani bedah bariatrik untuk menurunkan berat badan. Melly ditangani oleh spesialis bedah subspesialis bedah digestif di RS Pondok Indah, Dr dr Peter Ian Limas, SpBSubBDig.
dr Peter menjelaskan bedah bariatrik bekerja memodifikasi saluran cerna. Dengan bedah tersebut, pasien akan mengalami penurunan napsu makan sembari berupaya mengatasi penyakit komorbid.
Lebih lanjut menurutnya, fokus pada metode bedah bariatrik bukanlah penurunan berat badan secara cepat, melainkan perubahan kebiasaan hidup pasien obesitas dengan riwayat komorbid. Setelah operasi, pasien akan didampingi oleh dokter selama sekitar setahun agar memiliki pola hidup dan pola makan lebih baik.
"Tujuannya memang kita tidak mau kecepatan yang ditekankan. Kita sebenarnya kalau dari bedah bariatrik semakin saya mendalami bedah bariatrik, saya semakin melihat bahwa ini bukanlah cara instan. Kata 'instan' itu nggak kena. Jadi ini lebih ke arah kita memaksa atau membantu pasien untuk membentuk cara hidup yang baru," terangnya dalam diskusi virtual, Jumat (22/7). .
"Bayangkan bahwa pasien itu sekarang sesudah bedah bariatrik laparnya hilang dan makannya cuma bisa 2-3 sendok itu sudah kenyang. 2-3 sendok itu nggak bisa diisi dengan biskuit, nasi nggak bisa. Dia dipaksa untuk mengejar proteinnya," sambung dr Peter.
Amankah bedah bariatrik dilakukan pada pengidap obesitas berusia anak-anak? Simak di halaman selanjutnya.
NEXT: Bedah bariatrik aman untuk anak?
Bisa untuk Anak-anak?
Menurut dr Peter, bedah bariatrik umumnya diberikan pada pasien berusia 17-18 tahun ke atas. Namun, tindakan ini juga bisa dilakukan pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun lantaran banyak juga anak-anak di usia kecil yang sudah mengidap obesitas tak terkontrol.
Di samping usia, pertimbangan lain untuk bedah bariatrik adalah indeks massa tubuh. Jika massa yang ditargetkan menurun terlalu kecil, dr Peter tidak akan menganjurkan tindakan bedah bariatrik.
"Pasien yang obestiasnya tidak terlalu tinggi, kita mesti mempertimbangkan risk dan benefit-nya. Jadi kalau hanya mau menurunkan 3-4 kilogram, ngapain kita bedah juga? Dia nggak kena. Jadi memang hanya pasien yang komorbid obesitas. Kenapa komorbid obes harus dioperasi?" ujarnya.
"Tapi juga salah satu syaratnya untuk melakukan bedah bariatrik dia sudah melakukan diet. Dia sudah coba diet, naik-turun, semua pasien yang datang ke saya sudah diet belum? Pasti geleng-geleng, kita sudah coba segala macam. Kalau itu ya kita maju," pungkas dr Peter.
Simak Video "Video: Bukan Cuma Plantar Fasciitis, Shin Splint Juga Bahaya Bagi Pelari Pemula"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































