Subvarian Omicron BA.5 baru-baru ini jadi pemicu 'ledakan' kasus COVID-19 di banyak negara termasuk Indonesia. Kasus harian COVID-19 di Tanah Air tertinggi berada di kisaran 6 ribu usai BA.5 dilaporkan mulai mendominasi banyak wilayah.
Dikutip dari Times of India, dokter di Amerika Serikat baru-baru ini mengaku mengalami gejala COVID-19 berat saat terinfeksi BA.5. Padahal, dirinya sudah menerima vaksin COVID-19 dua dosis atau dosis lengkap.
Adalah dr Mike Hansen, spesialis dan dokter dari Board Certified Internal Medicine, Pulmonary Disease, and Critical Care Medicine. Mulanya, gejala yang muncul hanya kelelahan, demam, sakit tenggorokan, pilek dan batuk. Namun, beberapa hari setelah mengalami sederet gejala tersebut, gejala yang dialaminya berubah menjadi amat menyakitkan.
"Bagian terburuknya adalah tiga hingga empat hari pertama (setelah terpapar)," bebernya.
"Meskipun sakit tenggorokan saya benar-benar tidak terganggu ketika saya akan minum cairan atau menelan makanan, setiap kali saya memiliki air liur di belakang tenggorokan dan saya akan menelan, itu sangat menyakitkan," lanjut dr Hansen.
Berdasarkan analisis aplikasi Studi Zoe COVID-19, jutaan pasien bermasalah dengan sakit tenggorokan pada gelombang Omicron kali ini. Menurut para ahli, sakit tenggorokan akibat COVID-19 umumnya muncul sepanjang minggu pertama infeksi. Namun, kondisinya akan berangsur ringan seiring waktu.
"Rata-rata, sakit tenggorokan berlangsung selama lima hari. Jika sakit tenggorokan bertahan lebih dari ini, itu tidak mungkin COVID-19," ungkap peneliti.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(naf/naf)