Lumrah di Beberapa Negara, Ini Fungsi Otak Pindah ke Perut dalam Autopsi

Lumrah di Beberapa Negara, Ini Fungsi Otak Pindah ke Perut dalam Autopsi

Vidya Pinandhita - detikHealth
Rabu, 03 Agu 2022 09:32 WIB
Ilustrasi autopsi ulang jenazah Brigadir J
Ilustrasi autopsi. (Foto: Edi Wahyono)
Jakarta -

Pernyataan pengacara Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J), yakni Kamaruddin Simanjuntak, kini membuat heboh masyarakat. Pasalnya ia mengungkapkan, otak jenazah Brigadir J ditemukan pindah ke perut dari proses autopsi.

Ahli kedokteran forensik dari Universitas Indonesia, dr Budi Sampurna, meluruskan, di beberapa negara pemindahan letak otak pasca autopsi sebenarnya lumrah terjadi. Misalnya di Jerman, Amerika, dan Belanda, otak jenazah umumnya tidak diletakkan kembali di dalam kepala setelah autopsi. Tujuannya, yakni mencegah cairan merembes dari bekas potongan pada tengkorak jika kelak otak mencair.

"Karena kepala itu sudah dipotong tulangnya. Kalau otak itu nanti mencair, maka dia bisa merembes ke situ dan bisa keluar," terang dr Budi pada detikcom, Selasa (2/8/2022).

"Oleh karena itu mereka mengatakan, kalau di kami, tidak kita masukkan kembali ke kepala tetapi kepala itu nanti sudah ditutup seperti kapas, atau ada khusus lah semacam kertas ditaruh situ. Kemudian potong lagi tengkoraknya dan boleh ditutup," sambungnya.

Menurutnya, umumnya di Indonesia, jaringan seperti otak diletakkan kembali ke tempat awalnya pada tubuh setelah autopsi. Sebab di Indonesia, terdapat cara pemotongan tengkorak yang bisa membuat cairan otak kelak tidak merembes dalam posisi tiduran setelah autopsi.

ADVERTISEMENT

"Kepala itu kan dipotong tulangnya. Cara memotongnya kalau di kita itu dibikin siku sehingga nanti waktu ditaruh lagi itu akan tetap dan bisa menampung otak pada waktu dia tiduran," jelas dr Budi.

"Kalau di negara lain tadi yang di Jerman, dia dipotongnya lurus saja begitu dari depan ke belakang seperti topi. Sehingga nanti kalau dikembalikan ke situ otaknya kemudian ditutup, maka si tulang ini kan geser-geser nih. Geser-geser itu bisa mengakibatkan otaknya yang nantinya menjadi cair itu akan menjadi keluar, rembes, pungkasnya.

dr Budi menerangkan, setiap negara bisa memiliki tata cara autopsi dan pengembalian jaringan pasca autopsi yang berbeda. Perbedaan tersebut mengacu pada agama hingga tradisi di masing-masing negara.




(vyp/up)