Orang yang terinfeksi COVID-19 dapat mengalami beberapa gejala lanjutan walaupun sudah dinyatakan sembuh atau dikenal dengan kondisi long COVID. Salah satu gejala long COVID yang belakangan diketahui merupakan gangguan disfungsi ereksi pada pria yang pernah terinfeksi COVID-19.
Menurut pemerhati seks dan keharmonisan rumah tangga, dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, banyak pasiennya yang mengeluhkan mengalami disfungsi ereksi pasca tertular COVID-19 selama masa pandemi ini.
"Banyak pasien datang pasca serangan COVID yah mengalami gangguan ereksi. Terutama kemarin tuh ya pas (subvarian) Delta," jelasnya pada sesi temu media di Jakarta Selatan, Kamis (11/8/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, menurut studi, disfungsi ereksi merupakan salah satu efek long COVID yang bisa terjadi pada pria.
"Efek long COVID bisa kepada lebih pada gangguan ereksi," sambungnya.
Menurutnya ada dua hal penting yang menyebabkan pada masa pandemi COVID-19 banyak pria mengalami disfungsi ereksi, seperti di bawah ini:
Tidak Berolahraga
Menurut dr Boyke jarang olahraga pada masa pandemi COVID-19 membuat banyak pria mengalami disfungsi ereksi. Olahraga dapat membantu aliran darah lancar dan badan bugar, saat tubuh tidak berolahraga maka aliran darah dapat terganggu, termasuk pada area alat vital.
"Jarang olahraga itu berpengaruh pada disfungsi ereksi, sering tiduran atau duduk doang itu kan aliran darah nggak lancar. Tapi olahraga yang sesuai ya, bukan gym, tapi lebih ke kardio," ucapnya.
Gangguan Psikologis
Pada masa pandemi COVID-19 juga banyak membuat seseorang mengalami tekanan psikologis. dr Boyke menyatakan, 54 persen pasien disfungsi ereksi diakibatkan karena stres dan gangguan psikologis.
"Biasanya orang ke mall, terus pandemi jadi jarang bikin stres, atau tekanan lain, ini berpengaruh," ungkapnya.
Apakah Virus COVID-19 Merusak Alat Vital?
Menurut dokter di The London General Practice, dr Paul Ettlinger, penting untuk memahami lebih dulu faktor-faktor untuk memulai dan mempertahankan ereksi. Tak lain, berupa suplai darah yang baik, hormon, neurologis, dan faktor psikologis. Walhasil, untuk mengetahui hubungan antara long COVID dan disfungsi ereksi, diperlukan kajian lebih lanjut pada subjek yang mengalami.
"Kerusakan testis dapat terjadi setelah infeksi COVID," kata dr Ettlinger, dikutip dari Metro News UK. Ia menjelaskan, Gen ACE2 (enzim pengubah angiotensin 2) yang merupakan reseptor SARS-CoV-2 berlimpah di testis dan penis.
"Virus dapat mengikat ke area ini dan dengan demikian mempengaruhi testis. Efek ini dapat membahayakan produksi testosteron yang mengakibatkan penurunan libido seksual dan ereksi," imbuhnya.
Namun perlu ditegaskan, COVID-19 juga berimbas pada kondisi psikologis. Pasalnya dr Ettlinger juga mencatat, disfungsi ereksi terbukti 1,3 hingga 2,3 kali lebih sering terjadi pada orang dengan gangguan kecemasan dan depresi.











































