Wanti-Wanti Psikolog soal Motif Irjen Sambo Bunuh Brigadir J 'Khusus Dewasa'

Terpopuler Sepekan

Wanti-Wanti Psikolog soal Motif Irjen Sambo Bunuh Brigadir J 'Khusus Dewasa'

Vidya Pinandhita - detikHealth
Minggu, 14 Agu 2022 13:35 WIB
Wanti-Wanti Psikolog soal Motif Irjen Sambo Bunuh Brigadir J Khusus Dewasa
Anggota Brimob mengamankan kediaman eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Foto: Rengga Sencaya
Jakarta -

Masyarakat Indonesia dibuat geger oleh 'tebak-tebakan' kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J). Menko Polhukam Mahfud Md menyebut, motif Irjen Ferdy Sambo yang kini menjadi tersangka di balik kasus pembunuhan tersebut bersifat sensitif dan hanya boleh didengar oleh orang dewasa.

"Soal motif, biar nanti dikonstruksi hukumnya karena itu sensitif, mungkin hanya boleh didengar oleh orang-orang dewasa," beber Mahfud dalam jumpa pers di Kemenko Polhukam, Selasa (9/8/2022), dikutip dari detikNews.

Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, atau yang akrab disapa 'Nina' menegaskan beberapa topik pemberitaan memang tidak seharusnya didengarkan anak-anak, terlebih tanpa pengawasan dan pengarahan orangtua. Pasalnya, anak belum memiliki kemampuan matang untuk memahami dan menginterpretasi pesan dalam berita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan jumlah atau kualitas pemahaman yang berbeda dengan orang dewasa, maka anak tidak betul-betul menangkap berita seperti orang dewasa. Bisa jadi, anak menginterpretasi berita dengan caranya sendiri, dengan pikirannya sendiri. yang kita nggak tahu apakah itu tepat atau tidak," terangnya pada detikcom, Rabu (10/8/2022).

Nina khawatir, interpretasi yang salah dari berita pembunuhan pada anak bisa memicu rasa takut dan cemas berlebih. Terlebih pada kasus Brigadir J, seorang polisi terlibat sebagai tersangka.

ADVERTISEMENT

"Katakanlah (berita) pembunuhan, diberitakan sampai panjang juga meningkatkan ketakutan betapa dunia saya tidak aman ada pembunuh yang merajalela," tegasnya.

"Bahkan ketika ini disebut bahwa ini polisi, ih berarti polisi tidak menjaga masyarakat malah mencelakai? Itu kan bisa pemahaman yang salah. Padahal tidak semua polisi seperti itu. Misalnya begitu. Bisa saja anak memiliki pemahaman yang berbeda dan belum tentu baik untuk dirinya," sambung Nina.

Orangtua Harus Bagaimana?

Menurut Nina, anak memang tidak bisa sepenuhnya dihindarkan dari paparan informasi lantaran berita adalah bagian dari kehidupan. Namun untuk mencegah risiko cemas dan ketakutan berlebih pada anak imbas paparan berita, Nina mengingatkan pentingnya komunikasi orangtua dengan anak.

"Ketika kita menyadari 'kok ada perubahan tertentu' (pada anak) kita perlu mengajak anak mengobrol supaya kita paham sebenarnya apa sih yang dipahami oleh anak ini. Apakah yang dipahami benar apa salah," jelas Nina.

"Misalnya tentang berita pembunuhan, (dijelaskan pada anak) ada orang yang membunuh orang lain mati padahal kan orang seharusnya menjaga orang lain tetap hidup. Seperti Itu contohnya membahasakannya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Fakta Mengejutkan! Investigasi KKI Menemukan Bahaya Ganula Tua!"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Berita Terkait