'Sleepover Date' Tren di Medsos, Psikolog Sorot Efek Bahaya Seks Bebas ke Mental

Terpopuler Sepekan

'Sleepover Date' Tren di Medsos, Psikolog Sorot Efek Bahaya Seks Bebas ke Mental

Vidya Pinandhita - detikHealth
Sabtu, 10 Sep 2022 11:00 WIB
Sleepover Date Tren di Medsos, Psikolog Sorot Efek Bahaya Seks Bebas ke Mental
Istilah 'Sleepover Date' tren di media sosial, psikolog menyoroti efek bahayanya pada fisik dan mental. Foto: Getty Images/iStockphoto/Diversity Studio
Jakarta -

Belakangan, media sosial diramaikan oleh tren 'Sleepover Date' yang berarti, menginap bersama pacar. Tren ini menuai sejumlah kritik warganet yang menilai, tren tersebut merujuk pada perilaku seks bebas. Psikolog menyoroti risiko bahayanya pada fisik dan mental.

Menurut psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi, istilah 'sleepover date' menyusul istilah-istilah yang sudah pernah ada sebelumnya seperti Teman tapi Mesra (TTM) atau Friends with Benefits (FWB).

Istilah ini berpotensi mengaburkan kesan vulgar pada perilaku seks bebas. Ia khawatir, semakin istilah 'sleepover date' marak digunakan, perilaku seks bebas semakin ternormalisasi. Padahal, perilaku seks bebas bisa berimbas pada fisik hingga mental.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang menjadi saya khawatir kalau dari sudut pandang psikologi, ini seolah-olah nanti istilah yang lebih mudah dikatakan. Semakin mudah dikatakan, menjadi normalisasi seolah-olah ini adalah hal yang normal, hal yang wajar, baik-baik saja," terang Sari pada detikcom, Rabu (7/9/2022).

"Padahal, untuk hal yang berisiko ini disayangkan sekali. Untuk hal-hal berisiko, yang sifatnya bisa merugikan baik secara fisik maupun mental, ini seharusnya jangan dinormalisasi," imbuh Sari.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, perilaku seks bebas sebagaimana 'sleepover date' bisa berdampak pada fisik dan psikis. Terlebih, pada anak-anak muda yang masih rentan terpengaruh faktor sosial. Pada fisik, perilaku seks bebas berisiko memicu penyakit menular seksual, kehamilan dini, serta peningkatan aborsi.

"Risiko fisik itu pasti dampaknya besar sekali terhadap psikologi. Keberhargaan diri, kemudian risiko dia secara sosial, aktualisasi dirinya di hal-hal lain, itu menjadi fokusnya kurang karena terlalu asyik dengan hal-hal yang seperti ini. Jadi fisik dan psikologis tentu dampaknya besar," jelas Sari.

Lebih lagi, perilaku seks bebas sebagaimana dikandung dalam 'sleepover date' berisiko mengikis keberanian untuk berkomitmen dalam hubungan. Simak lebih lanjut di halaman selanjutnya.

Perilaku seks bebas berisiko mengikis keberanian untuk berkomitmen dalam hubungan. Pasalnya jika 'sleepover date' terlanjur menjadi kebiasaan, seks bebas akan ternormalisasi. Hubungan pun hanya mengacu pada aktivitas seks.

"Selain keberhargaan diri, keberanian untuk berkomitmen, kejujuran terhadap orang lain atau keluarga, ini semakin lama akan semakin terkikis dengan kebiasaan-kebiasaan seperti ini. Menghargai komitmen, keseriusan, dan lain-lain juga akan berkurang karena pemikirannya adalah hanya ke arah situ. Kalau kita ngomongin 'sleepover date' kan hanya sekedar seks. Jadi disayangkan," pungkas Sari.

Risiko HIV

Dihubungi secara terpisah, pakar seks dr Boyke Dian Nugraha menyoroti risiko penularan HIV imbas tren tersebut. Ia khawatir istilah 'sleepover date' mengaburkan risiko perilaku seks bebas dan meningkatkan risiko penularan penyakit seksual.

"Sama saja. Semua perilaku seks bebas. Hati-hati HIV/AIDS," ujar dr Boyke saat dihubungi detikcom Kamis (8/9/2022).

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Lansia Juga Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Seperti Apa?"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Berita Terkait