Mungkinkah HIV Menular lewat Gigitan Nyamuk? Pakar IDI Bilang Begini

Mungkinkah HIV Menular lewat Gigitan Nyamuk? Pakar IDI Bilang Begini

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 13 Sep 2022 17:30 WIB
Mungkinkah HIV Menular lewat Gigitan Nyamuk? Pakar IDI Bilang Begini
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/atakan)
Jakarta -

Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan human immunodeficiency virus (HIV) tidak menular melalui gigitan nyamuk. Memang benar, gigitan nyamuk bisa menularkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria. Namun, tidak dengan penularan HIV.

Hal tersebut disampaikan oleh spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban.

Mengingat, Prof Zubairi merupakan sosok penemu kasus pertama HIV di Indonesia pada 1980-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam unggahan di akun Twitter resminya @ProfesorZubairi, ia menyinggung tersapat kasus, pasien bukan HIV di rumah sakit minta dipindahkan kamar rawat inapnya lantaran berada satu kamar dengan pasien HIV. Pasalnya pasien bukan HIV tersebut khawatir, bisa tertular HIV dari gigitan nyamuk pada pasien HIV.

"Sebenarnya ini (bisa atau tidak HIV menular lewat gigitan nyamuk) bukan isu baru. Namun, tidak ada fakta medis yang menyatakan bahwa gigitan nyamuk itu dapat menularkan HIV," terang Profesor Zubairi, dikutip dari laman Twitternya, Selasa (13/9/2022).

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut Profesor Zubairi menjelaskan, memang benar gigitan nyamuk bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah atau malaria. Namun tidak dengan HIV dan Aids.

"Virus HIV di tubuh nyamuk itu nggak tenang, rentan, dan tidak bisa hidup alias akan mati dengan cepat," jelas Prof Zubairi.

"Termasuk berbagi alat makan, mandi, gigitan nyamuk, batuk, bersin, keringat, itu semua tidak dapat menularkan HIV," pungkasnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Prof Zubairi sempat menjelaskan bahwa terdapat setidaknya empat cara penularan HIV. Di antaranya tak lain hubungan seksual, penggunaan narkotika, dan penularan dari ibu ke janin melalui kehamilan.

"Penularan HIV-AIDS itu ada banyak, minimal ada empat. Satu adalah dari hubungan seksual baik laki-perempuan, laki-laki ke laki-laki. Kemudian yang kedua adalah penggunaan narkotika," jelas Prof Zubairi saat ditemui detikcom di Gedung PB IDI Dr R Soeharto, Jakarta Pusat, Selasa (30/8).

"Ketiga adalah dari ibu hamil yang positif ke bayinya. Yang keempat adalah transfusi darah walaupun sekarang risikonya sedikit karena sudah diuji saring," sambung sosok yang juga dikenal sebagai penemu kasus HIV pertama di Indonesia pada tahun 1980-an.

Kemungkinan penularan HIV keempat yakni dari pasien ke tenaga kesehatan (nakes). Risiko ini ada ketika nakes tak sengaja terkena jarum suntik saat menutup suntikan, pasca memberikan injeksi pada pasien.

"Yang terakhir kemungkinan paling kecil adalah waktu kita bekerja di layanan kesehatan menyuntik pasien, waktu menutup kena itu cukup sering tapi risikonya amat sangat rendah," pungkas Prof Zubairi.

Halaman 2 dari 2
(vyp/naf)

Berita Terkait