Sosok 'Rehan' marak disebut-sebut netizen gegara video lagu berlirik 'begitu syulit lupakan Rehan' viral di media sosial. Wanita dalam video yang beredar yakni Intan Lembata mengaku, Rehan adalah pria romantis yang ditemuinya dalam alam mimpi.
Pria ini sering muncul dalam mimpi saat ia tertidur. "Tempatnya di hutan. Mimpi dia pertama kali di hutan," ujar Intan dalam kanal YouTube Angga Candra, dikutip dari detikHot, Kamis (29/9/2022).
"Dia itu rambutnya keriting, memang laki, dan romantis dalam mimpi aku, manja-manjain aku. Halusinasiku tuh benar-benar nyata. Nggak tinggi, putih, kayak laki-laki pada umumnya (sosok Rehan)," imbuhnya.
Pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran, dr Andreas Prasadja atau yang biasa disapa 'dr Ade' menjelaskan memimpikan satu orang terus-menerus saat tertidur adalah hal lazim. Paslanya, emosi yang muncul saat tidur memang nyata sehingga wajar jika tokoh yang disenangi muncul berkali-kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernah nggak kita mimpi mungkin ketemu mantan, sedih, bangun tidur sudah bercucuran air mata. Atau bahkan mimpi tapi menyenangkan sekali, happy banget, bangun berbunga-bunga kan juga ada. Jadi memorinya bisa acak, tapi muatan emosinya nyata. Sehingga kalau ketemu dalam suatu mimpi sosok yang cantik, ideal sekali, bangun masih jatuh cinta rasanya ya wajar saja," ujarnya pada detikcom, Kamis (29/9).
dr Ade menjelaskan bahwa dalam medis, mimpi saat tidur disebut sebagai tahap tidur R (Rapid Eye Movement). Pada tahap tersebut, saat tahap mata bergerak-gerak secara cepat.
Umumnya mimpi bekerja seperti cara 'memanggil' memori secara acak. Hal inilah yang dapat membuat seseorang melihat orang lain yang mungkin pernah ditemui sebelumnya, baik dalam jangka pendek atau panjang.
Disebut-sebut Hasil 'Halu'
Merespons video viral Intan, sejumlah warganet menilai sosok Rehan yang dipuja-puja adalah hasil halusinasi semata. Memangnya, apa itu sebenarnya halusinasi?
Psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia dan Associate, Anastasia Sari Dewi menjelaskan bahwa halusinasi adakah kondisi panca indra merespons sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Lain halnya dengan orang dengan delusi, sebuah khayalan diyakini pernah benar-benar terjadi. Bahkan, orang dengan delusi bisa membayangkan khayalannya secara rinci sampai-sampai melibatkan orang lain dalam pengalaman yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
"Saat orang halusinasi, entah bagaimana kerja otaknya itu membuat si panca indra ini katakanlah 'error'. Memberikan sinyal seolah-olah ada sesuatu entah sesuatu yang dilihat, didengar, atau dicium, atau dirasakan oleh kulitnya. Tapi aslinya nggak ada di dunia nyata. Jadi ada kesalahan di situ," terang Sari pada detikcom, Kamis (29/9).
"Halusinasi identik dengan panca indra kita, di mana panca indra kita itu bisa merasakan atau menerima respons dari sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada. Panca indra kita identik dengan dunia nyata, dengan saat ini mata, telinga, hidung, mulut, kulit," beber Sari.
"Kalau delusi itu sebenarnya salah satu ciri dari gangguan mental di mana ternyata, khayalannya dia atau believe-nya dia itu dia yakini sebagai suatu kebenaran. Jadi dia sudah nggak hanya sekedar berkhayal, tapi khayalannya itu dia yakini sebagai suatu kebenaran, benar-benar pernah kejadian sehingga orang juga bingung. Padahal nggak pernah ada kejadian itu. Atau mungkin dia melibatkan orang-orang dalam pengalaman hidupnya yang mana, nggak ada. Itu ciptaan dia sendiri," pungkasnya.











































