Belakangan ini heboh di media sosial terkait pembahasan mengenai status pernikahan yang ditanyakan oleh dokter obgyn saat melakukan konsultasi atau kontrol. Banyak netizen yang bertanya-tanya, sebenarnya apa sih tujuan dokter menanyakan hal tersebut?
Sekjen POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) dr Budi Wiweko, SpOG, menjelaskan pertanyaan 'sudah menikah, belum?', wajar ditanyakan oleh dokter kandungan. Hal tersebut berguna agar tenaga kesehatan dapat mengambil langkah yang tepat terkait tindakan atau diagnosis yang akan ditegakkan.
"Misal perempuan datang dengan kista, dia nyeri saat menstruasi. maka pengobatannya akan berbeda pada pasien blm menikah dibandingkan sudah menikah," kata dr Iko, sapaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Status itu akan membedakan bagaimana nanti penanganan pasiennya," tambah dr Budi.
Dalam hal ini, status pernikahan berkaitan dengan aktivitas seksual. Pasangan yang sudah menikah dianggap aktif secara seksual, sehingga tindakan yang diberikan akan berbeda dengan pasangan yang tak aktif secara seksual lantaran berkaitan dengan kultur tertentu, terutama terkait virginitas.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Spesialis obgyn dr Damar Prasmusinto dari RSIA Brawijaya Antasari. Ia menjelaskan, status pernikahan berhubungan erat dengan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dokter.
Adapun salah satu prosedur pemeriksaan yang umum dilakukan dokter obgyn adalah dengan spekulum, alat yang menyerupai cocor bebek untuk membuka vagina dan mengambil sampel. Pada pasien yang belum menikah dan tidak aktif secara seksual, spekulum tidak akan dilakukan.
"Masih erat kaitannya sama kultur, ya. Kalau obgyn kan periksa spekulum dan periksa dalam. Kalau misalnya belum menikah, kita nggak lakukan itu," beber dr Damar.
NEXT: Alternatif selain menanyakan status pernikahan
Di sisi lain, spesialis kebidanan dan kandungan dr Dinda Derdameisya, SpOG menjelaskan pertanyaan tersebut sebenarnya bertujuan melihat apakah pasien aktif secara seksual atau tidak. Sebab untuk pemeriksaan dan diagnosis, dokter perlu mengetahui kondisi seksual pasien.
Alih-alih menanyakan status pernikahan pasien, dr Dinda memilih langsung menanyakan keaktifan seksual pasien. Dengan begitu, ia bisa mengetahui apakah pasien aktif secara seksual atau tidak, tanpa melihat pasien tersebut sudah menikah atau belum.
"Saya akan lebih menanyakan apakah aktif secara seksual atau tidak. Tapi kembali lagi, semua data pencatatan di rumah sakit, ya menikah atau tidak menikah. Tapi saya pribadi, bukan nanya nona atau nyonya lagi. Saya akan menanyakan 'sexually active' atau tidak," ungkapnya pada detikcom, Kamis (6/10).
"Banyak orang tersinggung kalau ditanya status pernikahannya, saya biasa langsung straight forward, tapi tidak membuat pasien merasa tidak nyaman. Saya menanyakan langsung saja karena memang pertanyaan itu sangat penting untuk pemeriksaan saya," imbuh dr Dinda.
dr Dinda juga menambahkan, setiap dokter mungkin punya kebiasaan yang berbeda dalam mencari tahu keaktifan seksual pasien. Juga, pada beberapa kondisi, pihak rumah sakit memang meminta dokter untuk menanyakan status pernikahan untuk keperluan data.
"Kalau person in person, dokter dengan pasien, saya lebih nyaman menanyakan sexually active atau tidak. Tapi saya rasa nggak semua obgyn begitu jadi nggak bisa disamaratakan," beber dr Dinda.
"Cuma mungkin atas dasar kesopanan, dokter menanyakan sudah menikah atau belum dibandingkan aktif secara seksual. Itu tergantung dari penerima pertanyaan. Karena kan status sosial orang beda-beda ya. Tergantung sebenarnya," pungkasnya.











































