Baru-baru ini heboh di sosial media istilah 'thanks base' yang dikaitkan dengan berbagai pengalaman soal 'one night stand' dengan seseorang yang ditemui di dunia maya.
Tren yang dibalut dengan 'friends with benefits' ini memicu hujatan dari warganet lantaran dianggap menormalisasi hubungan seks yang tak aman, juga sangat berisiko terinfeksi penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi menular seksual (IMS).
Sifilis dan gonore menjadi risiko tertinggi yang bisa tertular akibat seks tidak aman. Bahkan meski sudah menggunakan kondom, seseorang masih dapat menyebarkan penyakit menular seksual tertentu seperti kutil kelamin, herpes, dan sifilis karena penyakit tersebut ditularkan melalui kontak kulit ke kulit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondom membantu mengurangi risiko sebagian besar infeksi, tapi tidak semua," kata pakar seks Antonio Pizarro, MD, kepada Self.
Secara khusus, kondom membantu menangkal IMS yang ditularkan melalui cairan tubuh, seperti klamidia dan gonore, tetapi kondom tidak berfungsi untuk menghentikan penularan herpes dan HPV, yang hanya membutuhkan kontak kulit-ke-kulit untuk berpindah dari orang ke orang.
Berisiko Bertemu Pasangan Sadomasokis
Selain berisiko terkena penyakit menular seksual, pakar seks dr Boyke Dian Nugrah menyebut tren 'thanks base' ini bisa membahayakan keselamatan jiwa. Sebab seseorang tak benar-benar mengetahui latar belakang dari partner hubungan seksual.
Masokis merupakan tindakan menyakiti pasangan sebelum berhubungan seksual, seseorang bisa saja baru merasa terangsang atau ereksi ketika melihat pasangannya kesakitan. dr Boyke menyebut banyak kasus one night stand berakhir tak sesuai dengan yang dibayangkan.
"Ini ya sama saja kaya one night stand kan, sudah ada dari dulu. Banyak risikonya, masalahnya kita nggak tahu dia bisa saja punya ketertarikan seksual sadomasokis, tiba-tiba ngeluarin rantai, tiba-tiba kalian diikat," wanti-wantinya, saat dihubungi detikcom Rabu (12/10).
"Tolong hati-hati dengan pengalaman seperti itu. Karena kita tidak tahu jika seperti itu, kerjanya di mana, bahkan namanya saja tidak tahu," katanya.
NEXT: Berisiko terhadap dampak psikologis seseorang
Di sisi lain, psikolog klinis dari Ohana Space Arrundina Puspita Dewi, MPsi, menilai tren semacam ini tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada psikologis seseorang.
"Belum lagi perempuan kan setelah seks jadi punya bonding gitu sama sex partnernya, nah hal ini tuh nggak terjadi di laki-laki," kata dia saat diwawancara detikcom Rabu (12/10).
"Karena biasanya hormon oksitosin yang dihasilkan setelah berhubungan seks di perempuan lebih banyak dihasilkan daripada di laki-laki. Makanya perempuan seringkali lebih attached kan setelah sudah berhubungan seks," sambungnya.











































