Yang Disorot Eks Direktur WHO Usai 159 Anak RI Meninggal Gagal Ginjal Akut

Yang Disorot Eks Direktur WHO Usai 159 Anak RI Meninggal Gagal Ginjal Akut

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Rabu, 02 Nov 2022 15:30 WIB
Yang Disorot Eks Direktur WHO Usai 159 Anak RI Meninggal Gagal Ginjal Akut
Foto: Getty Images/fotostorm
Jakarta -

Eks Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama ikut menyoroti temuan kasus gagal ginjal akut di Indonesia. Menurutnya, 304 anak yang dilaporkan terkena gagal ginjal perlu dianalisis lebih lanjut satu per satu, perjalanan penyakit dan konsumsi obat mereka.

Sejauh ini, ada tujuh obat yang terindikasi memiliki cemaran etilen glikol dan dietilen glikol. Prof Tjandra mempertanyakan apakah keseluruhan obat tersebut memang dikonsumsi banyak pasien gagal ginjal akut.

"Kalau memang semua/sebagian amat besar pasien, maka kita memang memakan obat yg resmi diumumkan tercemar itu maka kita dapat dengan lebih yakin menyebut bahwa lima obat (atau mungkin nanti ada tambahan obat lain) inilah yang menjadi penyebab masalah sekarang ini," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Selasa (2/11/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sampai hingga 31 Oktober 2022 sudah ada 304 kasus yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia, dengan 159 kematian. Tragis dan menyedihkan sekali," lanjutnya.

Jika laporan kasus gagal ginjal akut terus bertambah, meski sudah dilakukan pelarangan sementara obat sirup, hal ini disebutnya perlu menjadi pertimbangan pemerintah untuk melihat kemungkinan penyebab lain selain obat.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, sebelumnya, Kemenkes RI sudah menekankan jika tren kasus mulai menurun dan penambahan catatan 304 pasien merupakan angka kumulatif sejak September.

"Tetapi, kalau cukup banyak anak-anak yang ternyata tetap jatuh sakit ,dan bahkan mungkin meninggal, dan ternyata mereka tidak meminum ke lima obat batuk sirup itu (atau mungkin nanti ada tambahan obat lain), maka masalahnya tentu jadi makin kompleks," sambung dia.

"Analisa yang juga mungkin perlu dilakukan adalah menilai apakah ada faktor lain di luar obat yang mungkin jadi penyebab, baik itu infeksi, atau faktor lingkungan, atau kebiasaan tertentu dll," sebutnya.




(naf/kna)

Berita Terkait