Henti jantung menjadi penyebab kematian dalam tragedi Halloween Itaewon baru-baru ini. Sebuah video viral menggambarkan posisi ideal untuk melindungi organ vital saat terhimpit kerumunan.
Dalam video tersebut, digambarkan bahwa posisi meringkuk akan dapat memperbesar peluang bertahan hidup saat berdesakan dan bahkan terinjak-injak. Pasalnya, jantung dan paru-paru lebih terlindungi dibanding tengkurap atau telentang.
"Itu ada benarnya kalau keadaannya memungkinkan," tutur dr Titus Kurnia Hariadi, SpJP, FIHA, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Primaya PGI Cikini ketika ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (2/11/2022).
"Namun berada di kerumunan yang sudah complicated seperti yang terjadi belakangan ini, mungkin orang sudah jatuh tanpa sadar dan tidak sempat melindungi diri sendiri. Jadi, dia sudah tidak bisa melakukan posisi seperti yang dianjurkan," tambahnya.
Dalam video tersebut, beberapa orang mempraktikkan posisi jatuh yang aman dengan cara tubuh meringkuk ke samping sekaligus kedua tangan memegangi kepala. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi organ-organ vital manusia, terutama bagian otak dan dada.
Hilang kesadaran atau kolaps memang jadi momok yang menakutkan bagi setiap orang. Sebab, kondisi tersebut mengakibatkan otak sulit berfungsi dengan optimal sehingga tubuh tak kuat lagi berdiri dan ambruk begitu saja tanpa memerhatikan kondisi yang ada. Namun, bila seseorang masih sadar ketika terjatuh, disarankan mengikuti posisi itu guna mencegah hal buruk terjadi.
"Tapi dalam keadaan sebenarnya, bisa saja dia jatuh terlentang atau telungkup. Akan tetapi kalau dia sadar ketika terjatuh, posisi yang dianjurkan memang seperti itu," jelasnya lagi.
Sebagai preventif, dr Titus menyarankan kepada masyarakat mencari udara segar segera mungkin bila berada di kerumunan yang tidak kondusif. Terlebih, rasa panik dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipoksia dan akhirnya henti jantung.
"Cepat-cepat keluar dari kerumunan dan cari oksigen. Apalagi tidak semua orang datang dalam kondisi baik, ada orang orang datang ke kerumunan dengan kondisi cepat panic attack. Panic attack itu lebih menimbulkan hipoksia karena karbon dioksida (CO2) lebih banyak di tubuh dibandingkan oksigen itu sendiri," imbuh dr Titus.
(up/up)