Dijalani Banyak Artis untuk Pulihkan Trauma, Begini Tata Cara Melukat di Bali

Dijalani Banyak Artis untuk Pulihkan Trauma, Begini Tata Cara Melukat di Bali

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 17 Nov 2022 12:00 WIB
Dijalani Banyak Artis untuk Pulihkan Trauma, Begini Tata Cara Melukat di Bali
Healing melepaskan luka trauma dengan melukat di Bali, dijalani sejumlah selebritis. Foto: Tangkapan layar Instagram
Jakarta -

Prosesi melukat ala Bali dipercaya bisa membantu seseorang melepas trauma. Pasalnya, luka trauma yang tersimpan lama tak hanya berpengaruh pada emosi, melainkan juga kerentanan fisik dan hubungan sosial. Lantas, seperti apa prosedur proses melukat?

Dewi Ayu Sri Agung, atau yang biasa disapa sebagai ibu 'Desak Akeno' adalah seorang 'sang pembantu penyembuhan' yang memberikan prosedur melukat di Ubud, Bali. Tepatnya, di tempat bernama Tri Desna, Ubud, Bali. Ia menjelaskan, melukat pada dasarnya berfungsi membersihkan jiwa dan pikiran dalam diri.

"(Melukat) membersihkan pikiran, membersihkan jiwa, dan juga menenangkan. Kalau saya di sini saya tambahkan dalam sesi melukat itu saya juga membantu kejiwaan, pelepasan trauma. Digabung dengan psikologinya. Saya kasih tuntunan atau pun arahan secara konsultasi, setelah itu baru saya mengadakan sesi melukat," ujarnya saat ditemui detikcom di Ubud, Bali, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas seperti apa saja langkah-langkah prosesi melukat? Berikut penjelasan Desak:

1. Relaksasi diri

Sesampainya di lokasi melukat, klien akan dipersilakan bersantai. Sembari duduk-duduk di tempat yang sudah disediakan, pasien akan disuguhi teh rosella hangat.

ADVERTISEMENT

"Saya kasih rileks dulu untuk menenangkan diri. Setelah itu minum, santai-santai. Teh untuk kesehatan biar siap melukatnya. Rosella, biar tenang dulu," ungkap Desak.

Praktisi melukat di Bali, Dewi Ayu Sri Agung, atau yang biasa disapa sebagai ibu 'Desak Akeno'.Praktisi melukat di Bali, Dewi Ayu Sri Agung, atau yang biasa disapa sebagai ibu 'Desak Akeno'. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth

2. Mengobrol dengan praktisi melukat

Kemudian, Desak akan mengajak klien mengobrol. Dengan harapan, Desak bisa memberikan pemahaman bahwa kunci dari melukat ada kemauan untuk ikhlas, memaafkan diri sendiri dan masa lalu.

"Di sini juga sesi mengobrolnya siap dengan bimbingan saya. Kalau kamu salah akan saya salahkan, artinya saya menegur bukan men-judge. Siap nggak berubah? Ini tatanan baru segera. Mau mengikuti nggak? Istilahnya mau berangkat ke mana, ayo siapkan. Yang tidak dibawa, kita buang. Jangan repot-repot membawa banyak hal," jelas Desak.

"Kalau kamu membawa banyak beban, bahaya. Nggak bisa jalan, keberatan. Bawa yang penting-penting saja dalam diri. Simpel, bisa berpikir, bisa menjalani hidup, tapi powerful. Lebih baik kita simpel menjalani hidup, tapi kuat," imbuhnya.

3. Proses melukat dengan pembasuhan

Jika klien sudah merasa yakin bahwa dirinya siap mengikhlaskan, barulah proses pembasuhan melukat bisa dimulai. Pada tahap ini, Desak akan membasuh klien dengan air yang telah didoakan dan berisi bunga-bungaan. Dipercayainya, harum dari bunga bisa menghadirkan 'harum' pada pikiran dan perkataan.

"Air itu powerful sekali. Air membersihkan segalanya. Tanpa air, kita tidak bisa hidup. Penyembuhan yang terhebat adalah air. Sekotor apa pun, kalau digosok pakai air, pasti bersih. Tubuh sekotor apa pun, dikotor apa pun digosok menjadi bersih. Jiwa sekotor apa pun, dikasih energi kekuatan air, tenang dia. Coba ketika stres, duduk di samping air. Lama kelamaan tenang. Karena energinya yang masuk ke dalam jiwa," terang Desak.

"Ketika mantra itu diguyur ke dalam tubuh, rasakanlah air itu. Rasakan kekuatan air itu. Rasakan kekuatan air itu bak tsunami dalam tubuhmu menghempas semua negatif dalam dirimu. Disiram bagaikan air terjun. Kalau kita ditimpa air terjun, rasanya bagaimana? Kan seperti kita didorong ke bawah. Di sanalah kekuatan air akan mendorongmu," imbuhnya.

Melukat di Tri Desna, Ubud, Bali.Tempat melukat di Tri Desna, Ubud, Bali. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth

Dianjurkan Berteriak

Pada tahap ini, Desak akan membasuh sembari mendorong perlahan punggung bagian bawah klien. Ia meyakini, trauma yang tersimpan terletak pada bagian tubuh tersebut.

Klien akan dianjurkan untuk berteriak, sebagai simbolisasi membuang trauma dari dalam tubuh. Jika buangan tersebut ditahan, justru akan terdorong balik ke arah Desak.

"Satu tarikan napas kesedihan, tersimpan di punggung bagian bawah. Tarik lagi masalah, pasti kita tarik napas menahan masalah. Berapa banyak itu terkumpul sudah bertahun-tahun. Melepaskan itu bagaimana caranya? Saya dorong pakai kekuatan cinta kasih sayang, suruhlah energi negatif keluar. (Seperti) ayo keluar, sayang. Sudah saatnya kamu keluar. Sudah lama sekali (tersimpan). Seperti membongkar gudang. Kalau mengeluarkan barang-barang dari gudang kan pintunya harus dibuka. Pintunya dibuka dari mulut," jelasnya.

"(Kalau ditahan) saya yang kena. Saya kan antara mendorong dan menarik. Kalau ditarik, saya yang muntah. Ini susah dikatakan secara logika. Energi," lanjut Desak.

4. Berdoa

Sebelum dan sesudah melukat, klien dipersilakan berdoa sesuai ajaran masing-masing.

"Melukat ini juga untuk melepaskan masa lalunya. Maukah kalian memaafkan orang-orang, digali dulu permasalahannya, di mana dia tidak terima tentang kehidupan, sadarkan itu. Setelah dia ikhlas, lepaskan, baru dibersihkan melalui melukat agar setelah menapak ke depannya itu dia bagaikan gelas kosong," ujar Desak.

"Setelah melukat, melepaskan pikiran negatif, perkataan apa pun kita maafkan diri kita kenapa kita bisa berpikir negatif atau apa pun, baru kita mulai langkahnya dengan langkah baru. Dengan mengisi hal-hal positif dalam diri. Di sanalah ketika kita mulai mengisi positif dalam diri, otomatis kita kehidupannya akan baik sekali," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(vyp/kna)

Berita Terkait