Jauh sebelum pandemi COVID, warga dunia pernah dihebohkan dengan wabah polio. Penyakit ini sangat mematikan dan membuat pengidapnya mengalami kelumpuhan dan cacat.
Hal tersebut juga dirasakan Paul Alexander yang terinfeksi polio pada 1950-an. Saat itu, Alexander baru berusia 6 tahun saat terinfeksi polio. Ia tiba-tiba merasa tidak enak badan dan lehernya kaku saat bermain di luar.
Bercerita kepada The Guardian, Alexander sebenarnya sudah divonis mengidap polio tapi tidak dibawa ke rumah sakit karena terlalu banyak pasien. Namun selang beberapa hari setelahnya, kondisinya makin memburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya dalam waktu singkat, Alexander tidak bisa berbicara, menelan makanan, bahkan batuk. Orang tuanya sudah membawa ke rumah sakit di Parkland, namun dokter di UGD mengatakan Alexander tak tertolong.
Beruntung ada dokter lain yang melihatnya. Segera setelah itu dan melakukan trakeostomi darurat sebelum mengeluarkan cairan yang menumpuk di paru-parunya.
"Hal berikutnya yang saya ingat, saya sudah ada di dalam paru-paru besi," kenang Alexander.
Alexander ditempatkan di paru-paru besi untuk membantunya bernafas, mungkin kala itu ia tidak menyadari bahwa dia akan membutuhkan bantuan mesin untuk bernafas selama sisa hidupnya. Paru-paru besi bekerja dengan memberikan tekanan negatif pada bagian dalam pasien.
Polio Sebelum Vaksin
Sebelum adanya vaksin pada tahun 1955, yang membuat polio begitu mengerikan adalah tidak ada cara untuk memprediksi siapa yang akan sembuh dan siapa yang tidak akan pernah bisa berjalan lagi.
Dalam kebanyakan kasus, penyakit ini tidak memiliki efek yang terlihat. Dari sekitar 30 persen yang menunjukkan gejala, sebagian besar hanya mengalami penyakit ringan. Tetapi sebagian kecil, 4-5 persen pasien, menunjukkan gejala serius, termasuk nyeri otot yang ekstrem, demam tinggi, dan delirium.
Saat virus menembus jaringan saraf sumsum tulang belakang, beberapa dari mereka yang terinfeksi lumpuh; perkembangan virus ini dikenal sebagai polio paralitik. Kira-kira 5-10 persen pasien yang terkena polio lumpuh meninggal, meskipun jumlah ini jauh lebih tinggi pada hari-hari sebelum penggunaan paru-paru besi secara luas.
Next: Sembuh dari polio
Alexander yang lumpuh dan hidup dengan paru-paru besi tidak menghentikannya untuk melanjutkan pendidikan hingga menjadi pengacara. Pada usia 21 tahun, ia menjadi orang pertama yang lulus dari sekolah menengah Dallas tanpa menghadiri kelas secara fisik.
Lambat laun pada tahun 1959, ketika berusia 13 tahun, Alexander berlatih bernapas tanpa bantuan paru-paru besi selama beberapa jam. Selama di luar tabung, ia menggunakan kursi roda karena lumpuh.
Paul selalu berpikir bahwa polio, "iblis" yang mencoba menghancurkannya, akan kembali lagi.
"Saya bisa melihat rumah sakit dibanjiri oleh korban polio lagi, wabah, saya bisa melihatnya dengan mudah. Saya memberi tahu para dokter, itu akan terjadi. Mereka tidak mempercayai saya," katanya.











































