Media sosial Instagram kembali dihebohkan oleh public figure Gita Savitri Devi yang membuat pernyataan kontroversial. Setelah jagat media sosial dibikin heboh soal keputusannya untuk child free (tidak ingin mempunyai anak), kini ia membalas komentar salah satu netizen di unggahannya dengan kata 'stunting'.
"Gue udah bacot-bacot, point yang lo bisa dapet adalah 'Gita emang merasa paling bener' ya sis? Dulu lo stunting kali ya makanya agak lamban," balas Gita dikutip dari Instagram @gitasav.
Apa Itu Stunting?
Dikutip dari dari laman stunting.go.id, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu janin hingga anak berusia tiga bulan. Sementara, stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak didefinisikan terhambat gizinya jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak WHO. Gangguan pertumbuhan memiliki dampak fungsional yang merugikan pada anak.
Beberapa dampak stunting termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, produktivitas yang hilang. Jika disertai dengan penambahan berat badan yang berlebihan di kemudian hari, peningkatan risiko penyakit kronis terkait nutrisi pada kehidupan nantinya.
Pertumbuhan pada anak usia dini merupakan penanda yang kuat dari pertumbuhan yang sehat. Hal ini terkait dengan risiko morbiditas (penyakit)
dan mortalitas (kematian), penyakit tidak menular di kemudian hari, serta kapasitas dan produktivitas belajarnya. Pertumbuhan anak juga terkait erat dengan perkembangan anak di beberapa domain termasuk kapasitas kognitif, bahasa, dan motorik sensorik.
NEXT: Angka Stunting di Indonesia
Menurut situs Kemenkes, stunting menyerang sebanyak 24 persen balita di seluruh Indonesia. Sementara itu, Kemenkes menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada 2024.
Penyebab stunting menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yakni faktor lingkungan dan genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga perawakan pendek dapat diatasi. Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi pada anak.
Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Namun sebagian besar stunting disebabkan oleh kekurangan gizi.
Pendek Belum Tentu Stunting
Meski kondisi anak pendek atau sangat pendek dikaitkan dengan indikasi masalah gizi kronis, namun anak pendek atau sangat pendek belum tentu stunting akibat masalah gizi kronis. Sebab, anak pendek atau sangat pendek bisa juga terjadi karena faktor keturunan (meski secara proporsi umumnya sangat kecil dalam suatu populasi).
Maka, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan terlatih untuk menentukan bahwa seorang anak pasti stunting akibat masalah gizi kronis atau tidak.
NEXT: Pencegahan Stunting
Stunting Bisa Dicegah
Stunting dapat dicegah atau dikoreksi jika dilakukan sebelum atau selama periode emas (golden age). Oleh sebab itu, berbagai intervensi penting dilakukan sejak dini, mulai dari mempersiapkan kondisi gizi dan kesehatan calon ibu hingga memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
- Berikut adalah pencegahan stunting menurut IDAI:
- Upaya tindakan pencegahan stunting dimulai dari masa kehamilan dengan melakukan pemeriksaan teratur, makan makanan bergizi, menghindari asap rokok, dan melakukan aktivitas fisik yang aman bagi ibu hamil (yoga atau renang khusus ibu hamil).
- Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai dari anak lahir hingga berusia 18 tahun.
- Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang memadai.
- Mengikuti program imunisasi, khususnya imunisasi dasar.











































