Berani Menyantap Laron dan Belalang? Profesor Gizi Bilang Kaya Protein Lho

ADVERTISEMENT

Berani Menyantap Laron dan Belalang? Profesor Gizi Bilang Kaya Protein Lho

Fadilla Namira - detikHealth
Kamis, 20 Okt 2022 05:00 WIB
Ilustrasi anak pegang belalang
Belalang (Foto: Getty Images/iStockphoto/elkor)
Karawang -

Pengonsumsian protein yang tinggi setiap sehari disebut-sebut bisa mencegah stunting pada anak dan bayi. Stunting atau tengkes adalah kondisi di mana anak tidak memiliki gizi yang cukup dan berimbang guna mendorong perkembangannya. Maka dari itu, ahli gizi menganjurkan kepada setiap orang tua untuk setidaknya memberikan dua jenis protein hewani setiap hari kepada anak.

Umumnya, masyarakat hanya mengenal susu, daging, dan telur sebagai makanan berprotein tinggi. Padahal, makanan tak lazim dan jarang kita dengar pun dapat dikategorikan sebagai protein hewani, seperti belalang dan belut.

"Misal di Gunungkidul, di sana banyak penduduknya makan belalang. Di tempat lain ia tidak dimakan, tetapi kalau di sana jadi ciri khas lokal sampai turis-turis juga ikut makan. Itu bisa jadi sumber protein hewani yang bagus juga," kata Guru Besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS saat ditemui di Karawang, Rabu (19/10/2022).

Selain belalang, ia membeberkan belut bisa menjadi alternatif lain sebagai sumber pangan lokal yang tinggi protein. Tentu ini jadi kabar baik bagi masyarakat kelas menengah-bawah. Sebab, harga belut relatif lebih murah ketimbang protein hewani lain, seperti daging.

"Sumber daya lokal juga, termasuk belut. Itu pangan lokal yang masih bisa dimakan," pungkasnya.

Tidak tanggung-tanggung, Prof Ali bahkan memberikan fakta lain bahwa laron dapat dikonsumsi untuk mencegah stunting. Hanya saja, peningkatan diverserfikasi masyarakat kian modern membuatnya tak lagi lazim untuk disantap sebagai menu harian.

"Dulu kita juga sering melihat orang makan laron. Laron itu juga protein hewani," jelasnya.

Hal ini bisa jadi solusi baik bagi orang tua yang tidak bercukupan supaya menekan risiko stunting. Perlu diingat, stunting tidak melulu difokuskan pada pemenuhan protein. Nutrisi lain juga harus selaras pemberiannya mengingat anak masih memerlukan gizi yang kompleks.



Simak Video "Stunting di Indonesia Kini Turun Menjadi 21,6%"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT