Gitasav 'Ngegas' Bawa-bawa Stunting, Ini Kondisi yang Dialami Pengidapnya

Gitasav 'Ngegas' Bawa-bawa Stunting, Ini Kondisi yang Dialami Pengidapnya

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 29 Nov 2022 13:41 WIB
Gitasav Ngegas Bawa-bawa Stunting, Ini Kondisi yang Dialami Pengidapnya
Heboh influencer Gitasav menyebut netizen stunting gegara komentar hujatan di Instagram. Foto: Ink Photos (Instagram @ink.photos)
Jakarta -

Media sosial diramaikan pernyataan influencer Gitasav yang menyebut seorang netizen 'stunting' gegara komentar berbau hujatan di media sosial. Sejumlah warganet mengkritisi, tak sepatutnya hal tersebut dilontarkan lantaran kondisi stunting dinilai tak relevan dengan isi percakapan Gitasav dengan netizen.

"Mba ini tu gausah diingetin, gausah dihujat gaes, dia kan si paling bener, diemin aja mending," ucap seorang netizen dalam kolom komentar Instagram @gitasav, tertera dalam tangkapan layar yang kini viral.

"Gue udah bacot-bacot, point yang lo bisa dapet adalah 'Gita emang merasa paling bener' ya sis? Dulu lo stunting kali ya makanya agak lamban," timpal Gitasav merespons komentar tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh, di antaranya disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada usia 1.000 hari pertama atau sebelum berusia dua tahun. Artinya, orang dengan stunting pasti memiliki tubuh pendek, dibarengi kemampuan intelektualitas yang rendah dan kualitas sistem tubuh yang lebih lemah dibandingkan rata-rata.

"Stunting memang cenderung karena kegagalan pertumbuhan dan perkembangan akhirnya kualitas sistem tubuhnya juga berbeda. Sehingga pada saat usia-usia kira-kira 45 tahun ke atas sudah mulai sakit-sakitan," jelasnya pada detikcom, Senin (28/11/2022).

ADVERTISEMENT

"Misalnya cardiovascular disease itu kan seperti tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung, mereka cenderung cardiovascular disease itu. Kedua juga ada penyakit namanya metabolic disorder seperti kencing manis, dan juga osteoporotic juga lebih mudah pada orang yang punya status riwayat stunting," imbuh dr Hasto.

Terkait rendahnya kemampuan intelektual, dr Hasto menggambarkan, orang dengan stunting lebih sulit memahami sesuatu dibandingkan orang-orang tanpa stunting.

"Jadi memang cenderung tidak yang tinggi-tinggi pemahamannya. Literasi pun ibaratnya orang stunting itu katakanlah baca beberapa kali mungkin baru paham sehingga butuh berkali-kali. Kalau orang yang tidak stunting mungkin cerdas, kemudian baca sekali-dua kali sudah cukup," terang dr Hasto lebih lanjut.

"Saya kira itu (kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi) bisa dilatih, termasuk yang keterampilan yang sifatnya bisa dilatih untuk kemampuan sosial, komunikasi, bahkan ada orang stunting tapi pintar menyanyi, atau mungkin juga pintar menjadi apa," imbuhnya.

Next: Stunting bukan bahan olokan

Terakhir dr Hasto mengingatkan, stunting tak seharusnya disebut untuk mengolok orang lain. Bahkan, orang yang memiliki tubuh pendek pun tidak bisa langsung disimpulkan mengidap stunting.

"Pendek belum tentu stunting. Jadi orang yang tidak cerdas juga belum tentu stunting. Karena stunting itu ada ciri tersendiri, kompleks tersendiri. Sehingga secara ilmiah, tidak benar juga kalau orang kemudian secara spontan (mengatakan) 'oh kamu stunting'," beber Hasto.

"Jangan merendahkan orang dengan kondisi-kondisi status karena nutrisi, atau karena penyakit. Orang stunting itu bakatnya cerdas, bakatnya tinggi, tetapi karena situasi kemudian akhirnya tidak optimal. Jadi jangan merendahkan dan melecehkan orang karena orang itu tidak beruntung. Itu sama dengan misalkan anak bisa tumbuh tinggi tetapi kecelakaan, dan kakinya misalkan patah kemudian tidak bisa berdiri tegak. Itu kan tidak boleh dilecehkan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(vyp/up)

Berita Terkait