Riuh RUU Kesehatan Omnibus Law membuka sisi kelam dunia kedokteran yang kembali disorot. Salah satunya, soal kekuatan 'darah biru' mahasiswa yang mengenal profesor. Konon, membuat mereka lebih mudah menjadi dokter spesialis.
Terkait hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi SpOT, buka suara. Ia menilai kasus semacam itu hanya dilakukan sejumlah oknum. Ia menjamin, aturan saat ini mengawasi mutu seleksi peserta didik dengan sederet kualifikasi yang harus dipenuhi.
"Nggak bisa dikatakan karena ada satu kasus menggeneralisir bahwa ini karena pemasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan darah biru dan SARA," ucapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara terkait bullying, kata dr Adib, saat ini sudah masuk era transparansi. Artinya tak ada lagi istilah 'senioritas' maupun 'junior' dalam dunia kedokteran.
"Dan itu menjadi tanggung jawab pendidikan yang mengawasi di dalam setiap peserta pendidiknya dan semuanya sudah terawasi dengan sangat baik. Jadi kasus-kasus kemudian itu tentang bullying itu sudah tidak ada lagi," tuturnya.
Jika sampai saat ini masih ada kasus pembullyian di dunia kedokteran, ia menegaskan pihaknya akan turut mendukung Kementerian membuat pelaporan.
"Karena di dalam proses pendidikan itu tentunya apalagi profesi kedokteran itu syarat dengan nilai-nilai, nilai etik, nilai atitude," imbuhnya.
"Kalaupun ada kasus bullying tentunya kami dari Ikatan Dokter Indonesia mendukung untuk Kementerian ada pelaporan," tegasnya.
NEXT: Menkes Singgung Darah Biru
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyinggung mengenai istilah 'darah biru' di tengah pro-kontra RUU Kesehatan Omnibus Law.
Laporan tersebut sebelumnya sempat diungkap seorang mahasiswa yang sedang menjalani klinik dan pre klinik di FKG salah satu universitas di Indonesia, bercerita tentang masa kelam dunia kedokteran. 'Perploncoan' dan kasus bullying juga terjadi di pendidikan kedokteran bak sudah jadi rahasia umum.
Namun, hal ini takkan berlaku bagi mereka yang punya relasi dengan profesor. Ibarat punya kartu sakti, jalan menempuh pendidikan di fakultas kedokteran jauh lebih mulus.
"Kalau dia ada hubungan keluarga, ponakan, sudah itu mah sakti. Nggak akan kena apapun, malah dia diistimewakan," cerita (MK) kepada detikcom beberapa waktu lalu, pria yang kala itu baru selesai menjalani masa klinik dan pre klinik di FKG salah satu universitas di Indonesia.
Simak Video "Video: Upaya IDI Bangun Kepercayaan Masyarakat soal Pelayanan Kesehatan di RI"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)











































