Menyusul geger kasus gagal ginjal akut misterius pada anak, perusahaan farmasi Maiden (Maiden Pharmaceuticals Ltd) menyebut bakal membuka kembali pabrik utamanya. Pasalnya, petugas obat utama India mengatakan bahwa sampel uji sirup obat batuk ditemukan tidak terkontaminasi bahan terlarang dan sudah memenuhi standar pemerintah.
Mengingat, kasus kematian anak akibat gagal ginjal akut di Gambia sempat diduga berkaitan dengan konsumsi produk sirup obat batuk dari india.
Pabrik tersebut sempat ditutup setelah tim penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dengan kadar yang tidak aman pada Oktober lalu. Kandungan tersebut diyakini bersifat racun, memicu cedera ginjal akut dan diduga berkaitan dengan 69 kasus kematian anak di Gambia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pekan ini, India mengatakan kepada WHO bahwa pengujian sampel dari kelompok sirup yang dikirim ke Gambia sesuai dengan spesifikasi pemerintah. Hasil tes yang dilakukan oleh laboratorium milik pemerintah tersebut telah dikirim ke panel ahli Kementerian Kesehatan untuk ditindaklanjuti.
Dikutip dari Reuters, WHO mengatakan mendukung tindakan India.
"Mandat WHO adalah mengeluarkan peringatan global tentang potensi risiko. WHO mendukung tindakan yang diambil," kata juru bicara organisasi PBB Tarik Jasarevic dikutip dari Reuters, Minggu (18/12/2022).
"Sirup yang terkontaminasi ini berbahaya dan tidak boleh ada dalam obat apa pun," tegas Jasarevic lebih lanjut. Sembari ia menambahkan, laboratorium yang dikontrak WHO di Ghana dan Swiss menguji sirup obat batuk yang dibuat oleh Maiden Pharma. Saat itu, ditemukan terdapat kandungan EG dan DEG dengan kadar berlebihan.