Kesehatan menjadi salah satu hal penting. Oleh karena itu, tiap orang akan menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya agar memudahkan mereka menjalani aktivitas sehari-hari. Mematuhi protokol kesehatan masih menjadi cara yang tepat untuk mencegah penularan virus.
Di tengah COVID-19 yang tak kunjung usai bahkan dilaporkan meningkat, selama 2022 muncul berbagai penyakit lainnya yang membuat masyarakat menjadi khawatir. Apa saja itu? Berikut 5 penyakit yang menjadi sorotan selama 2022.
Cacar Monyet
Agustus lalu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melaporkan kasus pertama cacar monyet di Indonesia. Juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril menyebut hingga 29-30 Agustus total ada 42 orang yang menjadi suspek kasus cacar monyet di Indonesia. Saat itu ditemukan satu kasus yang terkonfirmasi positif.
Pasien positif berusia 27 tahun yang baru menyelesaikan perjalanan luar negeri. Meski begitu pasien dalam kondisi yang bak dan melakukan perawatan mandiri di rumah. Terkait hal tersebut, pada September lalu, pemerintah kemudian memesan vaksin cacar monyet sebanyak dua ribu dosis dari Denmark, Bavarian Nordic dan bakal didistribusikan akhir tahun 2022 kepada kelompok tertentu seperti tenaga kesehatan dan populasi yang berisiko tinggi terkena cacar monyet.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara resmi mengganti nama penyakit cacar monyet ini dengan MPOX dan MOX. Ini dilakukan sebagai cara untuk menghapus stigma akan penyakit tersebut. Penggantian nama ini disebut sudah melalui pertimbangan para ahli global terhadap kesesuaian ilmiah, tingkat penggunaan saat ini, serta kemampuan pengucapan di antara faktor-faktor lainnya.
KLB Polio
Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio menjadi salah satu peristiwa yang membuat heboh publik. Pasalnya, pada 2014 lalu Indonesia telah 'bebas' polio dan mendapatkan sertifikat resmi dari WHO. Kasus pertama kembali ditemukan di Aceh tepatnya di Kabupaten Pidie. Pasien positif diketahui mulai sakit sejak 6 Oktober 2022 dan mengalami pengecilan paha dan betis. Ia juga diketahui tidak memiliki riwayat vaksinasi polio. Setelah itu, pemerintah kemudian menetapkan status menjadi KLB Polio.
Ada berbagai penyebab temuan polio seperti lingkungan kotor dan rendahnya vaksinasi. Berdasarkan analisis WHO, 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kategori high risk atau berisiko tinggi penyebaran polio. Empat provinsi yang dikecualikan adalah Jambi, Banten, Bali, dan DI Yogyakarta.
Kemenkes atas saran WHO mengambil sampel feses anak-anak di lingkungan pasien pertama polio di RI. Tujuannya sebagai cara untuk mengidentifikasi adanya transmisi di lingkungan sekitar pasien. Kemenkes mengambil setidaknya 20 spesimen feses anak-anak yang sehat dengan kriteria anak di bawah lima tahun dan tidak mempunyai kontak erat dengan pasien polio. Hasilnya menunjukkan ada tiga anak yang terkena virus polio dan itu bukan kasus baru lantara mereka tidak bergejala maupun mengalami lumpuh layuh. Pemerintah kemudian melakukan vaksin polio serentak pada 28 November 2022.
Gagal Ginjal Akut
Penyakit Gagal Ginjal Akut di Indonesia menjadi salah satu peristiwa besar yang membuat masyarakat khususnya orang tua 'ketar-ketir'. Pada Oktober lalu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menemukan ada 131 anak di Indonesia yang mengidap gagal ginjal misterius dengan 61 persen diantaranya dilaporkan mengalami derajat keparahan stadium 3. Sejak 2 November lalu, pemerintah menyatakan total kasus yang diidentifikasi berjumlah 324 anak. Dari total tersebut, sebanyak 200 anak di antaranya meninggal dunia.
Obat sirup disebut menjadi salah satu penyebabnya. Ini yang membuat Kementerian Kesehatan RI merilis edaran tenaga kesehatan hingga apotek untuk menyetop sementara penggunaan obat sirup. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kemudian menemukan adanya produk obat sirup dengan cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang melebihi ambang batas aman. Bahan inilah yang diduga menjadi penyebab kasus gagal ginjal akut di Indonesia.
Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, BPOM mempidanakan 4 perusahaan produsen farmasi dan supplier bahan baku yang terbukti menggunakan EG dan DEG di luar batas aman dan merilis obat sirup yang aman dikonsumsi. Pemerintah juga telah melakukan penanggulangan seperti KLB dengan melakukan respons cepat dan komprehensif sehingga dapat menurunkan kasus baru dan kematian.
Hepatitis Akut Misterius
Pada Mei lalu, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) melaporkan temuan tiga kasus kematian yang diduga akibat hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya. Ini dilaporkan lantaran ratusan kasus hepatitis misterius telah merebak di sejumlah negara. Pada April lalu, WHO melaporkan adanya 1.010 kasus hepatitis misterius pada anak yang menyebar di 35 negara.
Lebih lanjut, pada September lalu Juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril melaporkan ada 91 kumulatif dugaan hepatitis akut di Indonesia. Kasus ini tersebar di 22 provinsi dengan kasus terbanyak di DKI Jakarta yakni 12 kasus dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 3 kasus. Kasus ini belakangan terus mengalami penurunan namun pemerintah tetap mengimbau untuk mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan hingga menghindari kontak dengan orang sakit.
Baca juga: Jokowi Isyaratkan PPKM Disetop Akhir Tahun! |
Simak Video "Sidang Kasus Gagal Ginjal Akut Bakal Dilanjutkan Pekan Depan"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)