Pada Mei 2022, Korea Selatan (Korsel) bakal mencabut aturan wajib masker di luar ruangan. Seiring itu, permintaan masyarakat agar aturan wajib masker dicabut di dalam ruangan juga terus meningkat.
Dikutip dari Insight, otoritas setempat menanggapi permintaan tersebut dengan hati-hati. Akan tetapi, banyak yang menyuarakan bahwa Korsel sudah melewati puncak ketujuh pandemi, sehingga sudah waktunya mencabut aturan wajib masker.
Saat ini, kasus terkonfirmasi mingguan, kematian, dan pasien sakit kritis dilaporkan menurun. Jumlah infeksi baru dan kasus kritis juga melandai selama beberapa minggu terakhir, dengan 32.570 kasus harian dilaporkan pada hari Sabtu (14/1/2023).
Oleh karena itu, Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) mengadakan pertemuan dan memulai diskusi tentang penyesuaian kewajiban masker dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, KDCA mengumumkan jika dua dari empat indikator pelepasan masker dalam ruangan terpenuhi, maka kewajiban masker dalam ruangan akan diubah menjadi rekomendasi, artinya tidak lagi wajib. Empat indikator tersebut meliputi:
- Jumlah kasus harian yang stabil dan spesifik
- Jumlah infeksi yang terus menurun dalam periode dua minggu
- Pengurangan jumlah kasus kritis dan tingkat kematian
- Kapasitas tempat tidur ICU yang memadai untuk merawat pasien yang sakit kritis dan meningkatkan cakupan vaksinasi di kalangan lansia.
KCDA menjelaskan seluruh indikator sudah terpenuhi, kecuali angka vaksinasi yang relatif masih rendah. Belum ada tanggal pasti kapan aturan tersebut diberlakukan, tetapi diharapkan bisa diterapkan pada 30 Januari.
NEXT
Dikutip dari Korea Times, Profesor Kedokteran Preventif di Gachon Medical Center Jung Jaehun, menilai negara secara keseluruhan siap untuk melonggarkan mandat masker. Jung juga merupakan salah satu anggota panel yang membicarakan aturan bebas masker di dalam ruangan bersama otoritas kesehatan.
"Tampaknya tepat untuk melanjutkan peta jalan pelonggaran persyaratan masker seperti yang diumumkan sebelumnya. Kami memiliki kapasitas yang cukup dalam sistem medis kami untuk menangani kemungkinan lonjakan infeksi, dan tingkat kekebalan di antara populasi sekarang relatif tinggi," ujarnya.
Sebuah studi baru-baru ini yang dirilis oleh Institut Kesehatan Nasional Korea (NIH) menemukan bahwa 98,6 persen populasi memiliki antibodi terhadap spike protein virus corona baik melalui vaksinasi atau kekebalan alami setelah infeksi.
Penelitian yang melibatkan 7.528 orang tersebut dilakukan antara 7-22 Desember tahun lalu. Ada 70 persen di antaranya, mendapatkan antibodi setelah terinfeksi COVID-19.











































