China diprediksi akan mengalami penurunan populasi selama 30 tahun ke depan. Salah satu penyebabnya karena banyak kelompok usia muda yang tidak berencana untuk memiliki anak, meski ditawarkan insentif dari pemerintah.
Dikutip dari DW, kelompok muda di China mulai pesimis dengan masa depannya. Hal ini berdampak pada sikap mereka terhadap pernikahan dan keluarga.
"Kaum muda di China umumnya merasa masa depannya suram dan hidup akan penuh tekanan," ujar wanita berusia 25 tahun, Emma Li, yang tinggal di Shanghai, China, dikutip dari DW, Minggu (29/1/2023).
"Punya anak adalah sebuah pilihan yang akan menambah stres dalam hidup. Banyak dari kita yang memutuskan untuk menjadi 'generasi terakhir' dalam keluarga kita," lanjutnya.
Menurut Emma Li, melihat kondisi negaranya yang mengalami penurunan populasi tetap tidak mengubah pandangannya tentang keluarga. Bahkan, ia mengatakan banyak dari teman-temannya yang juga tidak ingin memiliki anak.
Penyebab menurunnya keinginan warga China untuk berkeluarga dan memiliki anak juga dipengaruhi faktor gaya hidup. Seperti Cynthia Liu (27) merasakan gaya hidup yang penuh tekanan dan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari.
"Jam kerja yang panjang, pekerjaan yang tidak memuaskan, dan tekanan untuk bertahan hidup dengan upah rendah selama inflasi membuat kami tidak mungkin membesarkan anak," kata Cynthia Liu yang tinggal di Beijing, China.
Melihat ini, pengamat China dan asisten profesor sosiologi di University of Michigan mengatakan bahwa lebih banyak wanita muda di China lebih berfokus pada karier dan kehidupan pribadinya.
"Diskriminasi gender di pasar tenaga kerja China dan harapan luar biasa sebagai ibu bagi perempuan adalah kendala yang menghalangi mereka untuk menikah atau punya anak," jelasnya.
NEXT: Dampak Pandemi dan Insentif dari Pemerintah
Simak Video "Populasi Menurun dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Enggan Berkeluarga"
[Gambas:Video 20detik]