Mengenal Antibodi Monoklonal, Pencegahan COVID-19 untuk Kelompok Rentan

Mengenal Antibodi Monoklonal, Pencegahan COVID-19 untuk Kelompok Rentan

Inkana Putri - detikHealth
Selasa, 31 Jan 2023 14:49 WIB
Mengenal Antibodi Monoklonal, Pencegahan COVID-19 untuk Kelompok Rentan
Foto: Istimewa-Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM
Jakarta -

Kelompok rentan kerap mengalami keparahan yang lebih tinggi saat terkena COVID-19. Melansir Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, kelompok rentan di antaranya, pasien kanker yang menjalani pengobatan aktif, pasien yang menerima transplantasi organ, dan pasien yang mengonsumsi obat imunosupresan yang menekan sistem imun.

Selain itu, orang dengan kondisi imunodefisiensi primer sedang atau berat, pasien HIV kondisi lanjut yang tidak terkontrol/tidak diobati, dan pasien yang mendapatkan pengobatan aktif kortikosteroid dosis tinggi atau obat untuk menekan respons imun juga termasuk ke dalam kelompok rentan.

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM menyampaikan kelompok tersebut sering mengalami risiko lebih tinggi saat terjangkit COVID-19 salah satunya lantaran efektivitas vaksin yang lebih rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada populasi sehat, terlihat bahwa efektivitas vaksin COVID-19 terhadap kejadian rawat inap lebih optimal dan stabil dari waktu ke waktu. Sementara pada kelompok dengan gangguan respon imun, secara umum efektivitasnya lebih rendah dibandingkan populasi sehat. Setelah ditelusuri lebih lanjut lagi, di atas bulan ke-7, efektivitas vaksin pada populasi ini ditemukan kurang dari 70%. Bahkan setelah diberikan dosis ke-3/booster, efektivitasnya tidak bisa menyamai populasi sehat," ujar Prof Iris dalam keterangan tertulis, Selasa (31/1/2023).

Lebih lanjut, Prof Iris menyampaikan rendahnya efektivitas vaksin pada kelompok rentan membuat mereka berisiko mendapatkan rawat inap hingga obat-obatan serius.

ADVERTISEMENT

"Dikarenakan respons vaksinasi pada populasi ini tidak optimal, mereka memiliki risiko yang lebih besar terhadap kejadian serius yang diakibatkan oleh COVID-19. Di antaranya, mereka 3 kali lebih berisiko dirawat inap. Kelompok ini juga lebih berisiko untuk membutuhkan perawatan yang lebih intensif di ICU. Mereka juga lebih membutuhkan obat seperti vasopressor untuk mengatasi kondisi kritis dari COVID-19. Selain itu, kemungkinan kematian pada populasi ini juga jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 2 kali lipat," ujarnya.

"Selain hal tersebut, kelompok rentan ini memiliki risiko untuk terus menerus terinfeksi oleh virus COVID-19 dalam waktu yang lama," sambungnya.

Antibodi Monoklonal, Proteksi COVID-19 bagi Kelompok Rentan

Untuk mencegah terjadinya COVID-19 pada kelompok rentan, Prof Iris menjelaskan pentingnya pemberian antibodi monoklonal. Ia mengatakan antibodi monoklonal merupakan antibodi yang tidak membentuk dalam tubuh, tetapi antibodi yang sudah jadi dan dimasukan ke dalam tubuh. Antibodi ini dapat menjadi opsi untuk perlindungan ekstra terhadap kelompok rentan.

"Untuk terlindungi dari COVID-19, selain menggunakan vaksin yang secara aktif dapat merangsang sistem imun untuk pembentukan antibodi, pada populasi tertentu, terdapat terapi imunisasi pasif seperti antibodi monoklonal yang mungkin dapat menjadi salah satu opsi bagi kelompok tersebut untuk mendapatkan proteksi khusus terhadap COVID-19," katanya.

"Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, antibodi monoklonal dapat mencegah terjadinya COVID-19 pada kelompok ini. Bahkan beberapa antibodi monoklonal dapat memberikan perlindungan jangka panjang hingga 6 bulan dan efektif melawan virus SARS-Cov-2 yang telah bermutasi," pungkasnya.

Selain dengan pemberian imunisasi pasif, Prof. Iris juga mengingatkan untuk para kelompok rentan tetap menerapkan protokol kesehatan dan mendapatkan dosis vaksin lengkap.




(ega/ega)

Berita Terkait