Baru-baru ini, Verrel Bramasta dilarikan ke rumah sakit dan harus diinfus. Verrel mengaku dirinya terkena penyakit Bali Belly saat berlibur di Bali.
Dikutip dari Puri Medical Clinic, istilah ini kerap digunakan untuk menggambarkan gejala keracunan makanan, seperti diare atau muntah. Tak hanya itu, gejala yang muncul dari kondisi ini juga disertai dengan nafsu makan hilang, perut kembung, demam, hingga kram perut.
Seorang turis Irlandia juga menceritakan pengalamannya terkena Bali Belly saat berlibur di Bali. Wanita bernama Tammy Whelan mengungkapkan Bali Belly benar-benar ada dan ia menggambarkan betapa tersiksanya saat itu.
"Anda tidak bisa (lebih dari) 4 meter dari toilet dan maksud saya Anda akan mengeluarkan kotoran dari mulut dan pantat Anda secara bersamaan," ungkap Tammy Whelan lewat postingan di akun TikTok miliknya, dikutip dari NZ Herald, Jumat (3/2/2023).
"Memikirkan makanan akan membuat Anda sakit secara fisik (dan) Anda akan mengalami dehidrasi parah dan pada gilirannya Anda akan berhalusinasi," lanjutnya.
Tammy mengungkapkan saat itu ia tidak bisa mengkonsumsi makanan apapun dan membuatnya cemas. Namun, kondisinya sudah membaik.
Selain Tammy, seorang wanita yang tidak disebutkan namanya juga menceritakan pengalaman anggota keluarganya yang terkena Bali Belly. Lewat akun Facebook miliknya, ia mengatakan bahwa anggota keluarganya itu mengalami kondisi itu setelah meminum air ledeng yang terkontaminasi.
"Coba tebak. Dia sakit sepanjang hari dengan Bali Belly dan sakit telinga. Banyak muntah dan omong kosong," tulis akun tersebut.
Maka dari itu, founder Femma sekaligus dokter di Australia Dr Emma Rees menyarankan untuk memastikan bahwa air yang akan dikonsumsi sudah disaring, direbus, atau dibotolkan.
"Hindari es karena ini bisa dibuat dari air yang terkontaminasi, begitu juga salad dan buah mungkin sudah dicuci dengan air yang terkontaminasi," kata Dr Rees.
"Jika bisa, cuci ulang barang-barang tersebut dengan air kemasan atau air yang disaring. Hindari prasmanan dengan makanan yang diletakkan di luar dalam kondisi sedang karena makanan dapat menghangat hingga suhu yang optimal bagi bakteri untuk bereplikasi. Pastikan Anda makan dan minum di tempat yang memiliki reputasi baik," lanjutnya.
Gejala Bali Belly
Dari hasil identifikasi, virus yang paling banyak menyebabkan Bali Belly adalah Rotavirus dan Norovirus. Selain itu, bisa juga disebabkan infeksi bakteri E.coli, Salmonella, hingga Campylobacter yang bisa mencemari makanan.
Dr Rees mengungkapkan gejala Bali Belly bisa sampai lima hari. Sejumlah gejala akan bermunculan, mulai dari sakit kepala hingga nyeri sendi.
"Anda mungkin mengalami diare, sakit perut, keringat panas dan dingin, serta nyeri sendi," jelas dr Rees.
"Sakit kepala juga merupakan gejala yang mungkin terjadi dan ini dapat mengindikasikan dehidrasi yang merupakan risiko klinis utama diare saat bepergian," pungkasnya.
Simak Video "Polemik Oralit yang Disebut Perburuk Sakit Diare"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)