Rumah sakit telah menjadi rumah kedua bagi anak-anak pengidap kanker. Pengobatan kanker bukanlah suatu hal yang singkat, seluruh prosesnya memakan waktu yang panjang.
Dalam proses kian panjang itu, kebutuhan seorang anak tetap harus dipenuhi, termasuk kebutuhannya dalam bermain. Di sinilah para tenaga kesehatan turut mengambil peran.
"Aku ketemu dokter dan suster yang sangat suportif. Jadi aku merasa bahwa ketika aku berada di rumah sakit saat itu aku merasa bahwa aku datang ke rumah kedua aku. Aku merasa dokternya benar-benar friendly dan i feel at home banget," ucap Sabrina Alvie Amelia, menceritakan kembali pengalamannya ketika menjalani pengobatan leukemia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski jauh dari kata mudah, Alvie tak pernah merasa takut untuk datang ke rumah sakit dan menjalankan segelintir pengobatan berkat peran para perawat.
"Sangat membentuk suasana rumah sakit itu dengan sangat menyenangkan, dengan tidak seram, nggak ada tuh yang namanya ditakut-takutin jarum suntik. Jadi aku sebagai anak kecil pun merasa aku datang ke rumah sakit itu bermain, diobatin, ketemu susternya, diajak main," ucapnya
Sebagai seorang penyintas kanker anak, Alvie merasa bahwa kesembuhannya merupakan buah dari kolaborasi antara pihak rumah sakit dan pihak keluarga yang selalu ada di sampingnya.
"Ya ada sih momen-momen aku sebagai anak kecil, apalagi pas itu masih sekolah TK, notabenenya lagi suka-sukanya main sama teman, tapi aku harus ada masa pengobatan, harus dimasukin obat segala macam, itu ada masa-masa aku gak mau ke rumah sakit, maunya main sama teman. Tapi dari pihak rumah sakit mereka sangat positif, 'Oh tidak apa-apa, main dulu aja. Puasin main nanti kalau sudah selesai main, ketemu dokternya dan ketemu sama susternya ya'," tutur Alvie.
"Yang tadinya aku merasa direnggut masa-masa kecilnya, tapi ketika punya support system yang bagus, ketika orang-orang terdekat aku itu men-support, mendukung, dan menciptakan lingkungan yang bagus, aku jadi tidak terbebani gitu," lanjutnya.
Baca juga: Merawat Asa Para Pejuang Kanker Anak |
Peran Perawat Anak dengan Kanker
Perawat adalah sebuah profesi yang tak kenal waktu. Ketika pasien terlelap dalam tidurnya, mereka-mereka inilah yang tetap hadir untuk menjaga dan memastikan setiap pasien dalam keadaan yang nyaman dan aman.
Former co-chair International Society of Paediatric Oncology (SIOP) 2019-2022 sekaligus dosen ilmu keperawatan Mayapada Nursing Academy, Yuliana Hanaratri, BSN, MA-Nursing, menjelaskan perbedaan utama dalam merawat pasien kanker anak dengan pasien dewasa.
"Kita harus berhadapan dengan anak dengan usia yang berbeda-beda (bayi, balita, usia pre school, sekolah, pra remaja, remaja). Nah perawat harus tahu pendekatannya," tutur Ns Yuliana ketika ditemui detikcom di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2023).
"Misal kita merawat kanker anak usia 3 tahun, kita datang dan langsung menyentuh anak. Anaknya bisa lari. Mungkin (takut) perawatnya tidak friendly, pakaiannya putih, serem buat dia. Jadi rumah sakit buat anak itu harus memberikan stimulasi untuk anak agar melihat rumah sakit sebagai sesuatu yang berwarna. Kalau anak sedih, dia akan rewel, menarik diri, ngamuk, dan segala macam. Perawat harus tahu itu. Makanya keluarga juga harus dilibatkan," jelas Ns Yuliana.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa meski tengah menjalankan rangkaian terapi dan pengobatan, anak pengidap kanker juga perlu dipenuhi setiap hak-haknya, termasuk kebutuhan bermainnya.
"Anak itu kan (dalam) masa tumbuh kembang. Jadi bagaimana pada masa dia sakit itu harus tetap punya hak untuk bertumbuh dan berkembang. Pada masa usia dini, bermain adalah pekerjaan utamanya dia. Dengan bermain, dia mencapai optimal perkembangannya," ucapnya.
NEXT: Orang tua juga punya andil besar
Selain itu, dalam merawat pasien anak, keluarga khususnya orang tua mempunyai andil yang begitu besar sehingga menjadi seorang perawat anak tidak hanya bertanggung jawab atas pasien itu sendiri, tetapi juga berhadapan dengan keluarga.
"Kita berdampingan memang. Memberi asuhan harus sejalan dengan asuhan keluarga. Itu yang membedakan perawat anak. Harus bekerja sama dengan perawat agar asuhannya sejalan dengan asuhan keluarga," ucap Ns Yuliana.
Meski peran dan beban kerjanya begitu besar, masih banyak perawat yang berada di bawah bayangan dan belum menerima hak yang seharusnya diterima.
Ketua Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI), Dr Allenidekania, S.Kp, M.Sc, menilai bahwa idealnya seorang perawat menangani 5 hingga 6 pasien.
"Seperti itu idealnya tapi tidak semua beruntung bekerja dalam lingkungan seperti itu," ujar dosen pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia itu.
Kenyataannya, para perawat kerap kali harus merawat pasien yang jumlahnya melebihi kapasitas, meninggalkan mereka dengan beban kerja yang begitu tinggi. Mengingat juga jumlah perawat kanker anak yang masih sedikit.
Ia berharap, jumlah perawat anak, khususnya yang berfokus pada kanker anak, bisa terus bertambah sehingga kualitas pelayanan dalam merawat pasien juga dapat ditingkatkan.
Ikuti juga rangkaian kegiatan Hari Kanker Anak Internasional 2023 di Tribeca Park - Central Park Mall, pada 26 Februari 2023 mulai pukul 09.00 WIB. Info selengkapnya KLIK DI SINI.











































