Soal Flu Burung H5N1, Virus yang Tewaskan Gadis 11 Tahun di Kamboja

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 25 Feb 2023 19:44 WIB
Soal flu burung H5N1, virus yang tewaskan gadis 11 tahun di Kamboja. (Foto: Thinkstock)
Jakarta -

Kamboja mengumumkan kasus kematian pertama akibat flu burung H5N1 di negaranya sejak 2014 yang dialami gadis berusia 11 tahun. Gadis yang tinggal di pedesaan Prey Veng didiagnosis terinfeksi virus H5N1 pada Rabu (22/2/2023).

Ia sempat dibawa ke rumah sakit anak di Phnom Penh, tetapi ia meninggal tak lama setelah didiagnosis. Sebelum meninggal, gadis yang tidak disebutkan identitasnya itu sakit selama seminggu dan mengalami gejala seperti demam tinggi, batuk, serta sakit tenggorokan.

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia mengatakan sejak awal tahun lalu, flu burung telah merusak peternakan di seluruh dunia dan menyebabkan kematian lebih dari 200 juta unggas karena penyakit atau pemusnahan massal.

Di awal bulan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penyebaran influenza H5N1 ke mamalia. Tak hanya itu, virus ini juga berisiko terhadap manusia, meski masih rendah.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus baru-baru ini menyatakan keprihatinan tentang flu burung pada mamalia. Ia menambahkan WHO masih menilai risiko flu burung pada manusia masih rendah.

"H5N1 telah menyebar luas pada burung liar dan unggas selama 25 tahun, tetapi penularan baru-baru ini ke mamalia perlu dipantau secara ketat," kata Tedros.

"Tetapi kami tidak dapat berasumsi bahwa hal itu akan tetap terjadi, dan kami harus bersiap untuk setiap perubahan status (pandemi)," sambungnya.

Dia menyarankan orang-orang untuk tidak menyentuh hewan liar yang mati atau sakit, dan bagi negara-negara untuk memperkuat pengawasan mereka terhadap pengaturan di mana manusia dan hewan berinteraksi.

Risiko Flu Burung Pada Manusia

Dikutip dari Euronews, Profesor Paul Digard, Ketua Virologi di Universitas Edinburgh mengatakan flu burung ini berisiko terhadap kesehatan manusia. Tetapi, menurutnya masih rendah.

"Itu adalah infeksi langka pada manusia, tetapi ketika itu terjadi, tingkat kematiannya sekitar 50 persen," kata Digard.

Menurut Digard, sejak tahun 2010-an situasi flu burung ini masih tetap sama. Infeksi yang terjadi pada manusia masih sangat jarang, tetapi jika tertular bisa menyebabkan penyakit yang parah.

Meski saat ini risiko pada manusia masih rendah, kemungkinan masih bisa berubah di masa depan.

Penularan Flu Burung

Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, penularan flu burung terjadi melalui paparan air liur, lendir, atau feses dari unggas yang terinfeksi. Infeksi flu burung jarang terjadi pada manusia, tetapi masih mungkin terjadi.

Ini terjadi ketika cukup banyak virus yang masuk ke bagian mata, hidung, mulut, dan terhirup oleh seseorang. Selain itu, orang-orang dengan kontak dekat atau lama tanpa perlindungan (tidak memakai pelindung pernapasan dan mata) dengan unggas yang terinfeksi.

Bisa juga melakukan kontak dengan tempat-tempat unggas yang sakit atau lendir, air liur, atau fesesnya telah terkontaminasi, mungkin berisiko lebih besar terkena infeksi virus flu burung.

Gejala Flu Burung

Dikutip dari laman NHS UK, gejala flu burung yang bisa muncul dengan sangat cepat. Biasanya diperlukan waktu 3 hingga 5 hari untuk gejala pertama muncul setelah terinfeksi. Gejalanya meliputi:

  • Suhu yang sangat tinggi atau terasa panas atau menggigil
  • Otot sakit
  • Sakit kepala
  • Batuk atau sesak napas

Gejala awal lainnya mungkin termasuk:

  • Diare
  • Tidak enak badan
  • Sakit perut
  • Nyeri dada
  • Pendarahan dari hidung dan gusi
  • Konjungtivitis
  • Dalam beberapa hari setelah gejala muncul, komplikasi yang lebih parah dapat berkembang seperti pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut.


Simak Video "Video: CDC AS Akhiri Respons Darurat Flu Burung H5N1 "

(sao/vyp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork