Menghadapi penyakit kanker bukanlah hal yang mudah. Apalagi, proses pengobatannya yang panjang dan penuh lika-liku menambah beban yang harus dipikul para pejuang kanker.
Menjalani hobi bisa menjadi penguat dan pembangkit semangat di tengah berjuang melawan kanker. Hal inilah yang dialami Lina, seorang penyintas kanker payudara sekaligus cosplayer yang tergabung dalam komunitas Cosplay Jakarta.
Lina pertama kali menerima didiagnosis kanker payudara ketika berusia 28 tahun. Kala itu, ia sedang menemani ayahnya pengobatan kanker di salah satu rumah sakit kawasan Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku, saat itu pertama kali merasakan adanya benjolan pada payudara yang akhirnya mendorongnya untuk menjalankan pemeriksaan lebih lanjut.
"Tahun 2020 kebetulan aku lagi ngurusin papa aku juga yang lagi sakit kanker. Pada saat itu aku nggak sengaja lakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). SADARI itu adalah cara untuk kita tahu apakah ada sesuatu di dalam badan kita, khususnya di daerah payudara," ucap Lina saat ditemui detikcom dalam acara gerakan #BeraniGundul di kawasan Jakarta Barat, Minggu (26/2/2023).
Lina, survivor kanker payudara cosplay sebagai Wanda Maximoff. Foto: Charina Elliani/detikHealth |
"Ternyata pas saat itu pas bulan September, aku merasa ada satu benjolan, benjolannya itu besar, lebih dari kelereng," lanjutnya.
Setelah menyadari adanya benjolan, Lina langsung melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit. Awalnya, ia didiagnosis tumor dan diarahkan untuk segera menjalankan operasi pengangkatan tumor.
Namun, karena mempertimbangkan riwayat penyakit kanker dalam keluarganya, Lina memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kembali di rumah sakit berbeda.
"Karena aku melihat papa aku punya kanker, nenek aku punya kanker, jadi aku punya turunan darah kanker. Jadi aku pikir aku perlu perbandingan dari rumah sakit lain," kata Lina.
Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit lain, dirinya disebut mengalami tumor jinak dan segera melakukan operasi pengangkatan tumor. Namun, dua hari pascaoperasi, kenyataan berkata lain. Ia dinyatakan memiliki kanker payudara stadium dua.
Mengetahui hal tersebut, meski merasa terpukul, hal pertama yang ada dalam pikirannya adalah untuk segera mengambil tindakan pengobatan. Ia memutuskan untuk menjalani pengobatan kemoterapi dan radiologi demi mendapatkan kesembuhan.
NEXT: Perjuangan di Balik Sempat Merasa Down
Saat-saat inilah yang menjadi saat terberat baginya. Rangkaian pengobatan yang panjang mulai membuatnya merasa down.
"Kemoterapi itu 'kan keras banget ya, di mana orang-orang tahu kalau namanya orang kemoterapi pasti botak. Waktu itu rambut aku nggak langsung botak, tapi lama-lama rontok. Pas saat itu aku sedih, kok begini," ujar Lina.
Lina mengaku, sosok ayahnya yang terus berjuang tanpa mengenal kata menyerah menjadi inspirasi dan motivasi utamanya dalam menerima kondisinya dan membangkitkan semangatnya melawan kanker.
"Tapi aku lihat papa aku, umur 56 tahun berjuang, stadium 4, masih semangat gitu. Aku malu. Dari situ aku diskusi sama papa, yaudah nggak apa-apa, jalanin aja. Dari situ besoknya aku langsung botakin semua," lanjutnya.
Selain ayahnya, sosok seorang anak yang ia temui saat menjalani pengobatan radiologi juga menjadi pendorongnya untuk semangat berjuang menjalani pengobatan.
"Waktu itu lagi di radioterapi, ada satu anak yang kepalanya sudah botak dan sudah banyak jahitan. Tapi dia ngobrol sama aku masih senyum, "Iya kak aku abis nonton Spongebob." Jadi aku nangis sendiri karena aku pikir, dia bisa sebahagia itu cuman karena nonton Spongebob dengan kondisi dia yang seperti itu. Sedangkan aku yang masih bisa jalan, dia pakai kursi roda, aku yang masih bisa jalan tapi aku nunduk terus kalau jalan. Jadi aku pikir, dari diri kita juga pasti butuh apa yang buat kita bahagia," ceritanya.
Langkah penuh keberanian yang diambil Lina untuk membabat habis rambutnya adalah sebuah bentuk pembuktian bahwa dirinya kini sudah siap memulai perjuangannya melawan kanker.
"Memang ada rasa beda gitu ketika kita botakin (sendiri), itu kayak aku ngerasa aku udah siap, aku udah siap menjalani ini. Tapi pas masih rontok, bangun tidur lihat rambut rontok itu rasanya sedih banget," tutur wanita yang kini berusia 30 tahun itu.
NEXT: Menjalani Hobi Sebagai Penyemangat Hidup
Sebelum didiagnosis dengan kanker payudara, Lina memang sudah aktif sebagai cosplayer sejak 2014. Cosplayer adalah orang yang mengenakan pakaian atau kostum yang menyerupai suatu karakter atau figur tertentu.
Setelah 3 tahun menjalani hobi cosplay, ia mengaku sempat vakum karena banyak kesibukan yang membuatnya tak memiliki waktu luang untuk menjalankan hobinya. Ketika hendak kembali menjalankan hobinya, pandemi melanda dan ia didiagnosis dengan kanker payudara.
Lina mengatakan bahwa dirinya sempat merasa takut untuk kembali menjalani hobinya sebagai cosplayer akibat penyakit kanker yang dialaminya. Ia mengaku merasa takut dilihat berbeda.
"Pandemi baru mulai selesai 2021-an 'kan, di situ aku belum berani cosplay lagi karena rambut aku masih belum ada. Rasanya gimana gitu kayak kurang. Nggak cuma rambut doang, tapi bulu mata, alis, itu hilang semua. Jadi aku kayak harus effort lebih biar orang lihat aku cakep gitu cosplaynya. Jadi pas saat itu aku nggak berani cosplay," pungkas Lina.
Banyak hal yang menghantui pikirannya. Rasa takut dilihat berbeda akibat kondisi fisiknya menjadi faktor terbesar yang menghalangi langkahnya untuk kembali beraktivitas sebagai cosplayer.
"Memang rasanya itu beda. Aduh masih cocok nggak ya cosplay, aku sakit, nanti kalo orang lihat aku, 'Dia ngapain cosplay?' Jadinya kita nge-down juga," tuturnya, menceritakan kembali perasaannya.
"Aku paling takut adalah kalau misalnya wig copot, rambut aku botak, kayaknya aku (bakal) langsung nangis deh. 'Kan ada aja ya kejadian-kejadian yang kayak gitu, takut," lanjutnya.
Titik awal yang kemudian mengubah hidupnya adalah saat mengikuti salah satu acara cosplay bertaraf internasional, Indonesia Comic Con 2022. Acara tersebut menandakan titik awal Lina kembali bangkit dan berhasil membawa pulang gelar juara sebagai cosplay terbaik.
"Aku baru ikut lagi di 2022 kemarin, bulan Oktober, Indonesia Comic Con. Aku maju di sana lomba level internasional dan aku menang. Di situ aku menang dan aku juga kaget. Aku nggak tahu sama sekali karena itu baru pertama kali aku cosplay setelah aku sakit. Yang ngedandanin aku pun sambil nangis," ujarnya.
"Dari situ pas aku menang, aku ngerasa penyakit aku nggak ada hubungannya sama hobiku. Hobiku nggak salah dan aku juga nggak salah. Aku jalanin apa yang aku anggap bisa bikin aku bahagia."
Lina menjadi salah satu contoh nyata bahwa hobi bisa menjadi salah satu penyemangat hidup dalam berjuang melawan kanker. Selain itu, Lina merasa dukungan dari komunitas juga memegang peranan besar dalam memberikan dukungan dalam perjalanan melawan kanker.
Lina tergabung dalam komunitas Lovepink Indonesia, sebuah komunitas yang bergerak dalam menggiatkan sosialisasi kanker payudara. Ia juga tergabung dalam komunitas cosplayer, yaitu Cosplay Jakarta. Dukungan tiada henti dari orang-orang di sekitarnya yang membuatnya mampu untuk bangkit kembali.
"Pesan aku, pikirlah cara kita untuk bisa bahagia. Apa yang bisa bikin kita bahagia, bikin kita nyaman di hidup kita," tutur Lina.
Lina berpesan kepada para pejuang kanker untuk berani melakukan apa yang mereka sukai, "Just do it anyway. Apa salahnya. Kalo emang kita lagi struggling, ya kita satu-satu aja, step by step aja."
"Jadi jangan mikir terlalu jauh, pikir aja bahagia ku hari ini apa dan apa bahagia ku besok," tutupnya.
Simak Video "Video: Peran Suho EXO Jadi Duta Kehormatan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)












































