Salah satu program pendampingan semacam itu disediakan oleh Sekolahku YKAKI, yang dikelola Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Guru-guru yang mengajar di 'sekolah' ini menjembatani kebutuhan belajar anak-anak dengan kanker agar tidak putus sekolah.
"Mereka gak ada beda dengan anak-anak lainnya, mereka aktif, mereka senang main, senang banget main," ujar Herni Suherni, SMn, Wakil Kepala Sekolah YKAKI Indonesia Bagian Tengah.
"Mereka jadi lebih excited lagi ketika tau bahwa mereka tetap bisa naik kelas, mereka tetep bisa melanjutkan sekolahnya, mereka tetap bisa mengikuti ujian dengan bantuan guru-guru di Sekolahku YKAKI. Jadi menumbuhkan semangat," katanya, ditemui dalam perayaan Hari Kanker Anak Internasional 2023 #BeraniGundul di Central Park, Minggu (26/2/2023).
Menurut Herni, meyakinkan anak pengidap kanker bahwa mereka tetap bisa bersekolah dan bermain dengan juga menumbuhkan kreativitas mereka melalui rangkaian aktivitas dapat membantu menumbuhkan semangat sang anak dalam menjalani pengobatan kanker tidak mudah.
"Pengalaman saya baru saja kemarin ada siswa kelas 6 SD, dia terdiagnosis kanker ovarium. Dia kebingungan karena anak ini rajin sekali belajarnya, anak ini punya cita-cita tinggi," ucap Herni.
"Ketika dia terdiagnosa itu, otomatis mimpinya seperti hancur atau padam. Tapi ketika dia ketemu lagi dengan kita, guru-guru, setelah dia menjalani (pengobatan), itu jadi lebih seger, lebih semangat. Dan itu nyata terlihat," lanjutnya.
Baca juga: Merawat Asa Para Pejuang Kanker Anak |
Menjadi seorang guru bagi anak dengan kanker tidak semudah yang dibayangkan. Guru-guru ini tak hanya harus mempertimbangkan dari sisi akademis, tetapi juga dari segi kesehatan sang anak dan menyeimbangkannya dengan waktu bermain.
"Selain kita mengisi hari-hari mereka dengan belajar, kita juga ngajak mereka fun, bermain, misalnya kita bikin percobaan-percobaan sains sederhana yang aman untuk mereka. Kita juga ada ekstrakulikuler, panggil guru musik dan guru tari khusus. Jadi mereka punya kegiatan yang kesenian dan membuat prakarya," jelas Herni.
Tak hanya memberikan layanan pembelajaran di yayasan, layanan Sekolahku YKAKI juga melakukan kunjungan ke rumah sakit bagi anak-anak yang memang harus menjalankan pengobatan rawat inap.
"Untuk yang di rumah sakit, mereka itu kan posisinya ada yang lagi diinfus, masuk obat, kemo, kita belajarnya biasanya di bangsal atau ke ruangan," tutur Herni.
"Itu kan lagi ada efek kan, mungkin durasinya nggak terlalu lama dibanding yang belajar di yayasan. Materinya juga nggak langsung masuk ke pelajaran, tapi kita diskusi ringan dulu atau main. Main-main kayak puzzle, uno. Yang penting mereka keluar dari bangsal, hilang bosan, masuk semangat lagi. Atau kita yang ke bangsal, menyapa mereka, ngobrol-ngobrol," jelasnya lebih lanjut.
Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"
(up/up)