Biang Kerok Angka Kelahiran di Jepang Anjlok, Rekor Terendah Sepanjang Masa

Biang Kerok Angka Kelahiran di Jepang Anjlok, Rekor Terendah Sepanjang Masa

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 02 Mar 2023 12:00 WIB
Biang Kerok Angka Kelahiran di Jepang Anjlok, Rekor Terendah Sepanjang Masa
Penyebab anjloknya angka kelahiran di Jepang, mencapai rekor terendah pada 2022. Foto: Financial Review
Jakarta -

Jepang mencatat angka kelahiran terendah sepanjang masa pada 2022. Sebagaimana dilaporkan pemerintah Jepang, untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899, angka kelahiran turun hingga di bawah 800 ribu. Apa penyebabnya?

Perdana Menteri Fumio Kishida menyinggung, Jepang kini berada di ambang tidak lagi bisa mempertahankan fungsi sosial. Tindak lanjut atas anjloknya angka kelahiran juga tidak bisa ditunggu lebih lebih lama lagi. Walhasil, sebuah badan pemerintah baru akan dibentuk April mendatang untuk berfokus pada penyelesaian masalah angka kelahiran. Di antaranya, dengan menggandakan pengeluaran untuk program yang berkaitan dengan anak.

"Dalam memikirkan keberlanjutan dan inklusivitas ekonomi dan masyarakat bangsa kita, kami menempatkan dukungan pengasuhan anak sebagai kebijakan terpenting kami," katanya dikutip dari CNN, Kamis (2/3/2/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada Banyak Faktor Penyebab

Namun di samping itu, uang saja mungkin tidak cukup untuk menyelesaikan masalah multi-cabang dan beragam faktor sosial di balik rendahnya angka kelahiran Jepang.

Biaya hidup yang tinggi di Jepang, dibarengi ruang yang terbatas, dan kurangnya dukungan pengasuhan anak di kota-kota membuat warga sulit untuk membesarkan anak. Imbasnya, semakin sedikit pasangan yang memiliki anak.

ADVERTISEMENT

Pasangan di perkotaan juga seringkali jauh dari keluarga besar di daerah lain, yang bisa membantu memberikan dukungan.

Pada 2022, Jepang menduduki salah satu peringkat tempat termahal di dunia untuk membesarkan anak, mengacu pada penelitian dari lembaga keuangan Jefferies.

Sikap dan cara pandang masyarakat Jepang terhadap pernikahan dan keluarga juga telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Selama pandemi COVID-19, banyak pasangan menunda pernikahan dan niat untuk mempunyai anak. Semakin banyak kaum muda juga pesimis tentang masa depan.

Menurut Pejabat Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, ada faktor kompleks di balik penurunan angka kelahiran Jepang. Di antaranya yakni keuangan kalangan muda yang tidak stabil dan minimnya pertemuan sosial.

"Penurunan angka kelahiran di tahun 2022 kemungkinan besar dipengaruhi oleh penurunan jumlah pernikahan di tahun 2020 akibat datangnya pandemi, mengingat dalam banyak kasus, anak pertama lahir dua tahun setelah menikah," beber peneliti senior di Japan Research Institute, Takumi Fujinami dikutip dari Japan Today, Rabu (2/3).

"Wanita khususnya kurang bersedia memiliki anak," kata Fujinami. "Seiring dengan lingkungan ekonomi dan pekerjaan, masalah kesenjangan gender, yang membebani perempuan di bidang seperti mengasuh anak, harus diperbaiki," pungkasnya.

Mengacu pada data awal oleh Kementerian Kesehatan, jumlah total kelahiran turun 5,1 persen menjadi 799.728. Penurunan tersebut terjadi jauh lebih awal dari perkiraan pemerintah pada 2017. Saat itu, pemerintah mengatakan kelahiran akan turun di bawah 800.000 pada 2033.

Halaman 2 dari 2
(vyp/kna)
Krisis Kelahiran di Jepang
4 Konten
Jepang menghadapi anjloknya angka kelahiran, mencetak rekor terendah sepanjang masa.

Berita Terkait