Kata Psikolog soal Pemicu OCD, Benarkah Gegara Faktor Genetik?

Kata Psikolog soal Pemicu OCD, Benarkah Gegara Faktor Genetik?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 24 Mar 2023 17:00 WIB
Kata Psikolog soal Pemicu OCD, Benarkah Gegara Faktor Genetik?
Iis Dahlia. Foto: Noel/detikFoto
Jakarta -

Pedangdut Iis Dahlia menyebut dirinya telah lama mengidap obsessive compulsive disorder (OCD). Ia mengaku, tidak pernah memeriksakan diri ke profesional seperti psikolog. Namun hal itu ia sampaikan lantaran dirinya tak tahan mengenakan sesuatu yang basah.

"Aku mah emang orangnya juga OCD, jadi apapun bersih kalau perempuan tuh paling nggak kan umpamanya habis buang air kecil apalagi buang air besar harusnya dicuci yang bersih aja, terus harus dalam kondisi kering ya," ucapnya saat ditemui di RS Brawijaya Depok, Selasa (23/3/2023).

"Sudah lama sebenarnya tapi kalau sekarang gua lebih parah," ujar Iis lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan sebelumnya, psikolog klinis dan Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, menjelaskan seseorang dengan OCD mengalami obsesi atau kompuls yang muncul terus-menerus. Obsesi tersebut muncul selama lebih dari satu ham dalam sehari dan berisiko mengganggu aktivitas keseharian.

Namun ia mengingatkan, OCD adalah kondisi yang harus didiagnosis oleh profesional, tidak bisa disimpulkan sendiri oleh awam. Jika seseorang mengalami tanda-tanda serupa OCD, bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh psikolog klinis agar tingkat keparahan OCD bisa terdeteksi, penanganannya pun tepat.

ADVERTISEMENT

Apa Penyebab OCD?

Lebih lanjut Veronica menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab OCD. Di antaranya yakni berupa faktor genetik atau kondisi tertentu di otak.

"Ada yang genetik, kemudian bawaan biologis neurotransmitter di otak kita yang menyebabkan terjadinya OCD. Ada juga penyebab dari akibat psikoanalisa. Jadi hasil dari perasaan tidak mampu akhirnya masuknya ke OCD, ada juga fiksasi atau penyimpangan dari adanya insting. Kita kan manusia punya insting tapi instingnya nggak bisa dikontrol, itu juga bisa menyebabkan OCD," terangnya pada detikcom dalam program e-Life beberapa waktu lalu.

Faktor kedua, yakni akibat perilaku. Dalam hal ini, manusia selalu belajar. Ketika seseorang memahami bahwa dengan melakukan sesuatu secara berulang akan timbul perasaan tenang, maka akan timbul sikap kompulsif.

"Akhirnya kita belajar bahwa melakukan berulang kali membuat tenang, kita lakukan lagi, akhirnya jadilah kompulsif tadi. Kita belajar bahwa itu menenangkan. Walaupun sifat menenangkannya sementara sih kalau di gangguan OCD. Lebih banyak kerugiannya," jelas Veronica.

Terakhir menurut Veronica, penyebab OCD bisa berupa faktor kognitif. Artinya, seseorang melihat ancaman secara berlebihan, misalnya terkait kondisi kesehatan. Maka dari itu menurutnya, dinamika OCD bersifat kompleks.




(vyp/kna)

Berita Terkait